Bab 1. Tawuran

1.4K 35 10
                                    

Semua ini berawal dari sebuah kerumunan di jalan merdeka, dekat SMA Darma bakti. Devanno Alexander Raharja, laki laki tampan yang saat itu tengah duduk di bangku kelas tiga SMA tersebut tengah mengendarai motor ninja merahnya keluar parkiran sebelum akhirnya ia dikejutkan dengan kedatangan seseorang.

"Eh, van-van,," panggil Angga, lelaki hitam manis sahabat sebangku Devan sekaligus teman sepermainannya tersebut sembari memberhentikan paksa laju motor sahabatnya.

Ia sempat kesal dan mengumpat tatkala lajunya terpaksa berhenti karena panggilan tiba tiba dari temannya itu. tapi sesaat menatap raut panik sahabatnya itu, membuat Devan turut panik, dan mulai turun dari motornya.

"Apa apaan sih lu ngehadangin jalan gini?! Kalau mau bunuh diri jangan ajak ajak gue, sialan."

Devan pun sempat mengumpat dan menatap kesal kearah sahabatnya itu karena sempat menghalangi jalannya. Tapi temannya itu justru masih terengah engah, dan beberapa saat barulah ia kembali bicara pada Devan.

"Eh sialan lu, emang gue apaan mau bunuh diri segala?! Gue masih waras ya, enak aja mulut Lo asal jeplak gitu." Ucapnya tak kalah kesal. Tapi melihat itu Devan pun melirik kearah arloji di tangannya sebelum helaan nafasnya kembali tercipta.

"Ya elo ngapain tadi tiba tiba ngalangin jalan gue gitu kalau gak mau bunuh diri?"

Sesaat mendengar jawaban sahabatnya tiba tiba otak Angga pun bekerja. Ia kembali teringat dengan apa yang menjadi tujuannya mendatangi sahabatnya ini.

Lalu kembali dengan muka paniknya, Angga pun menepuk punggung Devan berulang kali seraya menunjukkan kecemasannya. "I-itu Van itu,, adek Lo yang kulkas itu lagi kurang kerjaan ngehajar adek kelas. Haduh mana mereka keroyokan lagi,,"

Menghajar adek kelas? Devin?

Selepas mendengar itu, tanpa ba-bi-bu Devan pun menghela nafas, dan bertanya dengan sorot dinginnya,, "Dimana mereka sekarang?"

Angga yang tahu jika sahabatnya ini tengah memendam kemarahannya lantas mulai memberitahukan dimana ia melihat adiknya yang bernama Devin itu tengah menghadapi ketiga adik kelasnya.

Tapi Devan yang tak sabar mulai pergi begitu saja selepas ia memutuskan tuk mencari sendiri adiknya itu.

Ia menyusuri seluruh koridor sekolah, mulai dari sisi a sampai z semua telah ia datangi tapi hasilnya nihil ia tak menjumpai sosok adiknya itu, hingga dari kejauhan terdengar olehnya suara keramaian yang nampak seperti sebuah perkelahian. Lalu karena berpikir jika itu pastilah adiknya, tanpa ba-bi-bu berlari lah kedua lelaki itu begitu saja mencari sumber suara itu.

Lalu di jalan merdeka, tepatnya di jalanan besar di sisi kanan sekolah mereka, Devan pun akhirnya menemukan adiknya itu, ia tengah berada di tengah kerumunan orang yang terlihat ingin menonton pergulatan mereka.

Karena merasa kasihan dengan sang adik yang telah babak belur, tanpa pikir panjang Devan pun mulai berlari dan menerobos kerumunan di depannya. Ia berdiri di samping sang adik lalu melirik kearahnya,

"Vin, Lo gak papa kan? Ngapain sih Lo pake ada urusan sama mereka segala, kan sekarang gue juga kan yang rugi." Seraya berbisik tepat di telinga sang adik, Devan pun kembali menatap kearah ketiga lelaki muda di hadapannya, ia tak mengenal mereka, kecuali satu anak.

Angkasa, seorang anak lelaki yang paling tinggi di antara mereka dan juga paling tampan. Dia merupakan adik kandung Carla, sahabat sekaligus kekasihnya. Mereka bertiga berbisik satu sama lain sesaat melihat kedatangan Devan, terlebih angkasa tahu jika Devan adalah pacar kakaknya.

"Bang Devan ya, saudara kembarnya Devin?" Tanya salah satu anak yang ikut mengeroyok Devin.

Tapi Devan yang memang tak memiliki urusan dengan mereka lantas berkata dengan sorot dinginnya,, "Ada masalah apa kalian sama adek gue?!"

Karena merasa tak bersalah angkasa pun mulai maju dan berdiri tepat di hadapan Devan. Ia menatap Devan dengan tatapan dinginnya.

"Mau tau jawabannya? Tanya sendiri sama adek lu!"

Selepas berkata demikian angkasa dan kedua temannya pun pergi dari sana. Bersamaan dengan semua orang yang turut pergi. Kini tinggallah kedua anak kembar itu di sana seorang diri.

Devan yang tahu jika angkasa bukan anak yang suka cari gara gara langsung menuding jika Devin lah yang bersalah dalam hal ini. Ia hendak meraih tangan adiknya itu, tapi tanpa berterima kasih atau apa Devin langsung pergi begitu saja tanpa sepatah katapun.

"Eh, Vin tunggu .. Lo mau kemana?" Kejarnya, tapi Devin yang tak mau mendengar ucapan sang kakak lantas berhenti, dan berucap dengan bariton rendah miliknya, "Mau kemana pun gue itu bukan urusan Lo. Dan satu lagi bang, kita mungkin saudara, tapi gak semua urusan gue dapat Lo campuri. Thank karena udah nolongin gue, tapi lain kali jangan kayak gini lagi, gue gak suka." Selepas berucap demikian tanpa berbalik sedikit pun, Devin lantas pergi begitu saja meninggalkan sang kakak yang masih berdiri di tempatnya seraya menatapi punggungnya yang mulai menjauh.

........................................

Tapi disisi lain, di sebuah cafe unik di pinggiran kota Jakarta, nampaklah seorang gadis cantik berambut lurus sebahu dengan poni yang menutupi jidatnya. Gadis manis bernamakan Firly tersebut tengah duduk di cafe tersebut dengan seorang lelaki tampan berkemeja kan biru vermilion dan jam tangan mewah di pergelangan tangannya.

Tangan yang saling bertautan dan pandangan yang tak kunjung beralih, kedua pasang muda mudi yang tengah di mabuk asmara tersebut membuat seisi cafe iri dengan kemesraan mereka. Terlebih penampilan Firly yang nampak cute, dan juga modis membuat banyak pasang mata terutama laki laki banyak curi pandang terhadapnya.

"Kamu lihat love, mereka semua iri sama aku karena aku bisa dapetin gadis secantik kamu," Sang lelaki pun mulai mengecup punggung tangan Firly yang ia genggam dengan mesranya, dan itu tentu saja membuat sesiapa yang tak sengaja menatap kearah mereka langsung iri dengan kemesraan yang mereka ciptakan.

"Aku yang beruntung honey, karena selain bisa dapetin ATM berjalan seperti kamu, aku juga dapetin cinta yang tulus dari seorang Edward ranendra. Thanks honey, aku mencintaimu." Ucap Firly tak kalah manjanya. Ia bahkan juga turut mencium punggung tangan sang lelaki, dan bertukar pandang selepas itu.

"Tapi love, gimana sama pacarmu itu, hm Devin..Yap, dia, gimana sama dia? Bukannya kamu gak cinta ya sama dia, terus ngapain kamu masih bertahan sama dia sampai sekarang, kan kamu cintanya sama aku?"

Saat nama Devin disebut senyuman miring pun kembali tercipta di bibir Firly. Ia tahu jika dirinya memang tak ada perasaan dengan Devin, tapi keputusannya untuk berpacaran dengannya bukannya tanpa alasan, ia ada sebuah alasan tersembunyi kenapa ia memilih tuk berpacaran dengan Devin.

"Ada sesuatu hal yang gak bisa aku kasih tahu ke kamu sekarang. Maaf." ucap Firly sembari menundukkan kepalanya.

Bersambung ...

My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang