Siang itu di sebuah kantor seseorang berjalan memasuki ruangan. Di ruangan itu nampak seorang pria tengah sibuk bekerja padahal sudah jam istirahat.
"Siang pak boss," sapa Juna Gautama pada pria yang menjabat sebagai Bosnya sekaligus sahabatnya, Edwin. Sang CEO muda di perusahaan WinnerCorp.
"Hmm," jawab Edwin tanpa melihat sang sekretarirnya. Dia tetap fokus pada laptop di hadapannya.
"Serius amat tu muka, gak sepet tuh mata liat layar laptop mulu. Sekali-kali liat yang bohay napa" ucap Juna tanpa mendapatkan respon dari Edwin.
"Ck, ya gini nih kalau punya sahabat datar plus budeg," ucap Juna tanpa memfilter omongannya.
"Kamu mau saya pecat!" ucap Edwin menatap tajam ke arah Juna.
"Ehehe bercanda," Juna cengengesan. Lupa kalau sahabatnya tidak bisa di ajak untuk bercanda.
"Perasaan tiap hari pak bos ngadep laptop terus, nggak sepet tu mata sekali-kali refreshing kek nyari yang bohay buat cuci mata" ujar Juna.
Gimana Juna tidak bilang begitu setiap kali melihat Edwin selalu saja di hadapannya ada laptop dan setumpuk kertas. Juna saja yang melihatnya sudah jengah apa lagi tiap hari mandang laptop. Tapi kalau yang di lihatnya film biru sih Juna sanggup tiap hari mandangin layar laptop.
"Kerjaan numpuk," jawab Edwin tanpa mengalihkan pandangannya pada layar laptop.
"Mending bapak yang terhormat ikut saya makan siang diluar. Sekali-kali makan di resto lah jangan order mulu" ucap Juna sebenarnya ia sedang mencari teman makan siang. Ingin mengajak pacar tapi dia sadar kalau dia tidak punya pacar dan tidak ada pilihan lain selain mengajak Edwin yang sudah pasti akan mendapat penolakan.
"Gak ada waktu," jawab Edwin cuek.
"Ck sialan," umpat Juna keluar dari ruangan Edwin begitu saja. Kan apa yang di bilang Juna kejadian. Edwin sudah tentu menolak untuk makan di luar padahal restorannya dekat.
Sepeninggal Juna, Edwin menghela nafas panjang dan menutup laptopnya lantas dengan cepat Edwin berjalan keluar ruangan dengan wajah datarnya. Beberapa pasang mata dari karyawan wanita yang melihat Edwin terkagum-kagum akan ketampanannya. Ada yang hanya mencuri pandang bahkan ada yang menatapnya terang-terangan.
"Gile pak Edwin cakepnya kelewatan,"
"Tipe aku poll pak Edwin mah ,"
"Kinclong bener itu muka,"
"Aku kantongin bawa pulang lama-lama,"
"Sayang banget udah jadi suami orang,"
Seperti biasa Edwin selalu menghiraukan omongan para pegawainya itu dan berjalan seolah-olah tidak mendengarkan apa-apa.
"Pak boss mau kemana?" tanya seseorang pria yang tak lain adalah Juna.
"Kamu ngajak saya makan di luar sekarang udah saya turutin malah nanya," ucap Edwin terlihat geregetan dengan makhluk di sampingnya, berbeda dengan Juna yang berdecak kagum.
"Waaahhh tumben mau makan di luar, lagi kerasukan apa pak bos" ucap Juna bertepuk ria sedangkan Edwin hanya menatap malas Juna yang kelewat gila. Dia yang mengajak malah bertanya kerasukan apa.
Sepertinya Edwin harus mencari sekertaris baru yang lebih waras daripada Juna.
-BOM-
Edwin dan Juna baru saja sampai di restoran. Lagi-lagi semua mata tertuju kepada Edwin dan juga Juna karena mereka berdua sangat mencolok disana.
Juna juga tidak kalah tampan dari Edwin. Meskipun Edwin lebih tampan tentunya, hanya saja yang membedakan keduanya adalah kelakuan. Kalau Edwin waras, Juna tidak. Bagaimana tidak cowok di sepanjang perjalanan dia selalu saja menggoda wanita yang berpas-pasan dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Our Marriage
RomanceIni tentang Keyla yang menjalani hari-harinya sebagai istri dari seorang CEO muda bernama Edwin Pradipta Siswanto. Dua insan dengan sifat yang berbeda dan bertolak belakang dipersatukan dalam ikatan pernikahan karena perjodohan orang tua mereka. Ked...