BOM84

4.9K 63 8
                                    

Setelah siuman dari pingsannya, Keyla meminta ibunya untuk menyusul Raka, Edwin dan Ayahnya. Ibunya sempat menolak karena tidak ingin terjadi sesuatu pada Keyla, tapi Keyla tetap kukuh pada keinginannya untuk menyusul Ayahnya. Keyla pergi di temani ibunya dan juga Gino. Cowok itu berbaik hati untuk mengantarkan Keyla ke tempat yang menjadi tujuannya yaitu Bandung.

Sedari tadi Keyla tak berhenti menangisi Gempara dan ibunya menenangkan Keyla. Keyla merutuki dirinya yang telah lengah menjaga Gempara, ia benar-benar ibu yang buruk buat anaknya. Keyla sangat yakin sekali, pilingnya sebagai ibu mengatakan kalau Gempara tidak kenapa-napa. Foto yang dikirim orang misterius itu, pasti foto palsu yang di buat untuk menggertaknya. Keyla sangat yakin anak yang di foto itu bukanlah anaknya.

"Tan, bener gak ini jalannya?" tanya Gino saat mereka sudah sampai di sebuah jalan yang di penuhi bebatuan kecil dan sangat sepi.

"Iya no, kita masuk ke jalan itu, di depan ada tempat lumayan luas untuk parkir," kata Sofia menunjuk simpang jalan yang ada di depan.

"Kok tante tau, tante pernah ke sini?" tanya Gino merasa kalau tantenya hafal betul dengan jalan yang mereka tuju.

Sofia merapatkan bibir dan ragu-ragu untuk menjawab. "Mm, iya, tante pernah ke sini sekali,"

"Tante ngapain ke hutan," Gino terus bertanya dengan jiwa keponya.

"Em itu, tante, tante dulu ikut temen-temen buat berburu," kata Sofia terdengar nada kebohongan di telinga Gino.

"Oh," Gino menggidikan bahu dan memilih percaya, "itu mobil bang Raka, berarti benar hutannya ini,"

Setelah mobil berhenti, mereka langsung keluar. Keyla paling awal dan ia hendak pergi, tapi keburu di tahan oleh ibunya.

"Key, mau kemana, kita tunggu mereka disini, kita gak tau kemana arah mereka,"

"Aku gak bisa nunggu, aku harus samperin mereka," Keyla tak bisa menunggu lagi, ia ingin cepat menemui mereka.

"Tapi kita gak tau mereka kemana, hutan ini luas lho, kak, kalau kita nyasar gimana," ujar Gino yang takut masuk ke dalam hutan yang terlihat begitu angker. Meskipun ini pagi, tapi tetap saja.

"Itu, itu jejak mereka, ayo kita ikutin," Keyla terlebih dahulu mengikuti jejak kaki itu, di susul oleh ibunya dan Gino.

-BOM-

"Kita gak nemuin apa-apa disini, sebernarnya ke mana orang itu bawa Gempara," Raka dan yang lainnya sudah sampai setengah jam yang lalu, tapi mereka belum menemukan keberadaan Gempara.

Kalau saja jalan tadi gak macet mungkin semalam mereka sudah sampai lebih awal.

"Kita kesebelah sana, om yakin Gempara ada di sebelah sana," Dana menunjuk ke arah hutan yang pohonnya sudah besar-besar dan tidak terlalu banyak di tumbuhi pepohonan kecil di sekitarnya.

Mereka pun langsung menyetujui usul Dana tanpa pikir lagi.

"Benar di sini ada jejak, pohon ini sama seperti yang ada di foto, tapi Gemparanya mana?" Edwin melihat pohon yang menjadi backgroun di foto sama persis dengan pohon yang ada di hadapannya.

Raka dan Dana pun langsung mencari di sekitar sana, tapi tak menemukan tanda-tanda ke beradaan Gempara.

"Sial, Gempara gak ada disini, apa orang itu mempermainkan kita," Dada Raka naik turun, ia sangat geram karena di sana tak ada Gempara. Harusnya Raka bersukur, itu artinya Gempara baik-baik saja, tapi ia merasa di permainkan. Dan ia tak tahu lagi kemana harus mencari anak kesayangannya. Namun, Raka berdoa semoga anaknya baik-baik saja di luar sana, dan semoga foto itu tidak benar.

"Kita cari sesuatu apapun itu, pasti pelaku meninggalkan jejak yang bisa kita lacak," Edwin berbicara dengan nada tegasnya. Beberapa bodyguard yang mereka bawa langsung menuruti perintahnya.

Pada saat mencari, Raka melihat Keyla menghampirinya. Mata tunangannya itu bengkak, sepertinya Keyla terus menangis dan tidak tidur. "Keyla, kamu ngapain ke sini,"

Belum sempat menjawab, suara seorang bodyguard mengalihkan perhatian mereka.

"Bos, kita menemukan ini," Bodyguard itu memperlihatkan sebuah foto pada Dana. Dana yang melihat itupun seketika menegang.

"Sini saya liat," Edwin mengambil foto itu dan melihatnya bersama dengan Raka.

"Om ini siapa? Kenapa om ada di foto ini, om kenal mereka," Edwin mendapati Dana di foto itu bersama seorang perempuan dan juga seorang anak kecil berumur dua tahunan.

"Om gak kenal sama mereka dan om gak tau kenapa om ada di foto itu, bisa saja itu editan," sangkal Dana dengan tangan yang sedikit bergetar.

"Tunggu, kenapa orang itu edit foto om bareng ibu dan anak itu, dan kenapa foto itu ada disini, di tengah hutan," tanya Raka merasa heran dan agak sedikit curiga kalau Dana sedang menyembunyikan sesuatu.

Gino yang melihat wanita di foto itu, sedikit merasa familyar.

"Kayaknya Gino pernah liat foto perempuan itu," Gino terlihat sedang mengingat di mana ia pernah melihat foto wanita itu.

"Keyla pernah liat foto perempuan dan juga anak itu, waktu di rumah nenek, tapi nenek marah pas Keyla pegang foto itu," ucap Keyla yang berada di sebelah Raka. Dulu waktu Keyla masih smp, ia pernah melihat foto perempuan itu di rumah Neneknya. Tapi neneknya marah waktu Keyla memegang foto itu dan saat Keyla bertanya tentang perempuan itu, neneknya tak mau menjawab dan malah mengatai Keyla.

"Ah iya, perempuan itukan Anak nenek yang udah meninggal dan anak kecil itu cucu nenek yang hilang, mami pernah cerita sama Gino soal mereka, tapi gak banyak," kata Gino yang baru teringat.

"Pah, kenapa papah bohong, udah jelas papah kenal sama mereka, kalian adik kakak dan anak itu keponakan papah," Keyla tak mengerti kenapa papahnya berbohong, padahal mereka adik kakak.

Dana menghela nafas lesu. "Perempuan itu adik papah, tapi hubungan kami tidak terlalu dekat, kami sering sekali bertengkar sampai suatu hari papah sakit hati dan tak mau mengakuinya lagi sebagai adik papah,"

Mendengar itu, Gino mengerutkan kening. Ia merasa ada yang janggal dengan omongan pamannya. Jujur saja, Gino sedikit mengetahui tentang permasalahan keluarganya di masa lalu dan omongan pamannya tidak sesuai fakta.

"Sudahlah kita gak usah bahas masa lalu, sebaiknya kita pokus buat cari Gempara," Sofia yang sedari tadi menyimak pembicaan mereka sedikit menengahi.

"Iya, mamah benar, sebaikya kita kembali ke jakarta, aku yakin Gempara itu tersasar, gak mungkin dia di culik dan di bawa kehutan, foto dan Video itu palsu, buktinya gak ada apaun di sini," ucap Keyla, ia menguatkan dirinya dengan tidak mempercayai orang yang telah menerornya.

"Key, kamu baik-baik aja kan?" tanya Raka yang menyadari ada keanehan pada Keyla.

"Aku baik-baik aja, ayo kita pulang, kasian lho Gempara sendirian di rumah, pasti dia nangis karena kita terlalu lama ninggalin dia," ujar Keyla, ia ingin segera pulang karena khawatir pada gempara yang sedang menunggunya di rumah.

"Ka, sebaiknya kamu bawa Keyla pulang, biar saya yang lanjut cari keberadaan Gempara, saya takut mental Keyla terganggu," Edwin merasa mental mantan istrinya terganggu.

"Iya Ed, saya percayakan sama kamu, tolong temuin Gempara secepatnya," Raka menepuk pundak Edwin dua kali.

"Sudah pasti," balas Edwin tersenyum getir.

Between Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang