Keyla menggeliatkan badannya meregangkan otot-otot nya yang terasa kaku, ia membuka matanya dengan malas. Entah apa yang membuatnya bangun rasanya seperti mengganggu pikirannya.
Tapi tiba-tiba saja ingatan Keyla berputar kembali saat dimana adegan Edwin yang mencium bibirnya. Pipi Keyla memerah kembali, desiran darah dalam tubuh mengalir cepat menyebabkan jantungnya berdetak cepat. Ia malu mengingatnya. Jika seperti ini ia bisa mati muda karena jantungnya yang berdetak tidak normal.
"Aaaaaaa aku bisa gila! Aku gak mau mati muda" teriak Keyla mendramatis seraya menutup kedua pipinya.
"Jangan teriak udah malem," ucap seseorang dengan suara basnya.
Keyla menoleh ke samping dan ternyata ada Edwin yang sedang fokus dengan laptopnya.
Keyla menghiraukan Edwin dan menutup wajahnya lagi dengan selimut, sepertinya dia harus pergi dari hadapan Edwin.
Bught
"Hua mamii," rengek Keyla seperti anak kecil karena dia terjatuh dari ranjang dengan selimut yang melilit tubuhnya. Beruntung ia memakai selimut jadi hanya sakit sedikit. Jika tidak memakai selimut mungkin tubuhnya akan terasa lebih sakit akibat terjatuh.
Edwin terbengong saat melihat Keyla terjatuh dari ranjang.
"Susah," ucap Keyla terdengar seperti merengek. Ia berusaha untuk berdiri tapi tidak bisa karena selimut melilit tubuhnya.
Edwin menghela nafasnya kemudian turun dari ranjang dan berjongkok di di samping Keyla.
"Kebanyakan tingkah," kata Edwin menyentil hidung Keyla.
Keyla memanyunkan bibirnya seperkian detik kemudian ia menutup bibirnya dengan jarinya tidak lupa dengan matanya yang melotot lebar karena mendapat perlakuan berbeda dari biasanya. Apa Keyla tidak salah liat Edwin menghampirinya dan barusan menyentil hidungnya.
"Kenapa?" tanya Edwin.
"Minggir aku mau berdiri," ucap Keyla berusaha berdiri sedangkan Edwin hanya menyaksikan Keyla tanpa ada niatan membantunya.
Setelah dirasa sudah bisa berdiri akhirnya Keyla terbebas dari selimutnya. Keyla menaruh selimutnya asal di ranjang kemudian ia mengambil tas dan juga sepatunya yang ada di dalam lemari khusus sepatu dan tas.
"Mau kemana?" tanya Edwin heran.
Keyla menoleh sebentar.
"Ke cafe Hana," jawabnya sambil memakai sepatu. Ia ingin pergi ke cafe Hana untuk bercerita tentang perubahan sikap Edwin yang sedikit menghangat padanya. Keyla merasa senang tapi sedikit aneh juga dengan perubahan Edwin. Mungkinkah cowok itu berubah hanya karena ingin mengabulkan permintaan kedua orang tuanya. Jika begitu Keyla harus hati-hati ia tidak ingin terjebak oleh permainan Edwin si manusia kutub.
"Kamu tahu sekarang jam berapa?" Tanya Edwin.
"Jam 8," jawab Keyla yakin. Ia tidur hanya sebentar jadi saat ini pasti baru jam delapanan karena saat Keyla tidur jam baru menunjukkan pukul 19:50
"Liat jam kamu," perintah Edwin.
Keyla akhirnya melihat jam yang ada di tangan kirinya. Iya membulatkan matanya terkejut dengan jarum jam yang menunjuk angka lain yang jauh dari ekspetasi Keyla.
"Jam 12!" Pekik Keyla menatap jam tangannya tidak percaya. Perasaan Keyla tidur hanya sepuluh menitan mungkinkah jamnya rusak. Tidak mungkin karena Keyla baru membeli jam itu.
Seketika bahu Keyla merosot, terpaksa ia berjalan malas duduk di tepi ranjang menghiraukan Edwin yang sedari tadi menatapnya.
Drttt drttt
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Our Marriage
RomanceIni tentang Keyla yang menjalani hari-harinya sebagai istri dari seorang CEO muda bernama Edwin Pradipta Siswanto. Dua insan dengan sifat yang berbeda dan bertolak belakang dipersatukan dalam ikatan pernikahan karena perjodohan orang tua mereka. Ked...