BOM52

2.6K 47 0
                                    

Keyla membuka matanya perlahan, hal pertama yang ia lihat adalah Edwin yang tengah tertidur di kursi dengan tangan yang menggenggam tangan Keyla.

Keyla melepaskan genggaman tangan Edwin, ia berganti mengelus rambut Edwin. Jujur Keyla tidak tega melihat Edwin seperti ini, pasti dia capek apalagi perjalanan dari Perancis ke Jakarta tidaklah dekat ditambah ia harus menemaninya seperti ini.

"Edwin?" Panggil Keyla pelan.

Edwin membuka matanya perlahan, ia menatap Keyla

"Butuh sesuatu hmm?" Tanya Edwin seraya menegakkan badannya.

Keyla menggelengkan kepalanya.

"Sebaiknya kamu pulang, pasti capek kan," ucap Keyla mengerti dengan kondisi Edwin.

Edwin tersenyum tipis lantas ia menggeleng.

"Aku gak papa kamu tinggal disini," kata Keyla.

"Aku yang ngga mau," jawab Edwin lalu melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.

"Tidur lagi ya, sekarang masih jam tiga malem," titah Edwin.

Keyla menatap Edwin.

"Kamu tau Ed pertama kali aku tau kalau aku lagi hamil, aku mau gugurin dia," kata Keyla mulai bercerita.

Mendengar itu Edwin sedikit terkejut akan ucapan Keyla.

"Maksut nya?" Tanya Edwin.

"Aku tau aku jahat, aku lebih mentingin kerjaan dari pada anak aku sendiri, kamu boleh marah sama aku sekarang,"

"Keyla kamu bercanda?" Tanya Edwin dengan raut wajah yang berubah menjadi marah.

"Aku nggak bercanda, dan aku emang bener mau ngelakuin itu, tapi ternyata aku nggak bisa. kenapa? Karena aku sayang dia," ucap Keyla dengan mata yang sudah berkaca-kaca dan penuh penyesalan.

"Aku nggak habis pikir sama ucapan kamu barusan," ucap Edwin dengan suara yang sedikit naik.

"Kamu tau seberapa pengennya aku jadi orang tua, dan kamu malah mau gugurin dia," lanjut Edwin menatap Keyla tidak percaya.

"Maaf," lirih Keyla.

"Jujur aku kecewa sama sikap kamu," kata Edwin sedikit menyentak. Keyla hanya diam saja mendapati Edwin berkata seperti itu, pada kenyataannya dia memang salah.

"Kalau kamu berniat ngelakuin itu aku yakin kamu wanita bejat Key"

Runtuh sudah pertahanan Keyla, air matanya sudah turun membasahi pipinya, ucapan Edwin amat melukai hatinya. Tidak menyangka Edwin akan mengatakan itu padanya.

Edwin tiba-tiba saja berdiri dan beranjak dari ruangan Keyla.

Brakkk

Keyla memejamkan matanya ketika ruangan kamarnya di tutup sangat kencang oleh Edwin.

Tangannya memegang dadanya yang terasa sesak. Keyla menangis sesenggukan, hatinya sakit akan ucapan Edwin tapi Keyla tidak mempermasalahkannya. Karena Edwin jelas lebih sakit dari pada dirinya, namun tidak kah Edwin mengerti akan perasaannya saat ini.

Keyla terus saja menangis sesenggukan selama semalaman, bahkan hari sudah mulai pagi. Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamarnya, dengan cepat Keyla mengusap air matanya.

Ternyata yang masuk adalah seorang dokter.

"Selamat pagi," ucapnya tersenyum ramah kepada Keyla.

"Pagi dok," jawab Keyla memaksakan senyumannya.

"Saya periksa dulu ya," ucap dokter Rudi. Keyla hanya mengangguk sebagai jawaban setelah itu ia membiarkan dokter Rudi memeriksanya.

"Tekanan darah anda masih belum stabil, sebaiknya anda jangan terlalu banyak memikirkan sesuatu kasian dengan kandungan anda,"

Between Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang