BOM79

2.2K 27 0
                                    

Ceklek..

Pintu ruangan tempat Gempara di tangani terbuka dan menampilkan sosok dokter wanita beserta beberapa perawat keluar dari ruangan tersebut.

"Dengan keluarga pasien?" Tanya dokter itu.

Keyla segera melespaskan pelukannya dari Raka dan menghampiri dokter itu. "Saya ibu nya dok, bagaimana keadaan anak saya?" 

Dokter wanita itu tersenyum. "Keadaan putra ibu baik-baik saja. Namun, di bagian keningnya harus di jahit, sedangkan untuk luka di bagian kakinya hanya perlu di oles salep, nanti saya akan kasih resepnya dan ibu bisa beli di apotek." Jelas dokter itu membuat Keyla sedikit lebih tenang.

"Apa anak saya harus di rawat dok?" Tanya Raka.

"Tidak, nanti setelah infusnya habis putra bapak bisa langsung di bawa pulang." Jelas dokter. "Kalo gitu saya permisi dulu."

"Iya dok, makasih." Tutur Raka.

Keyla tanpa banyak ucap langsung masuk ke dalam ruangan untuk melihat kondisi Gempara, bocah laki laki itu kini tertidur di atas brankas rumah sakit dengan perban di jidatnya.

"Ge" Panggil Keyla sambil membelay rambut putranya.

"Maafin Buna sayang, karena buna lalay jagain kamu" Ujar Keyla, fokus menatap wajah Gempara yang sudah bersih dari darah, namun putranya masih juga belum sadarkan diri.

-BOM-

Keyla baru saja menebus obat yang di resepkan oleh dokter untuk Gempara. Saat ia berjalan menuju ruangan Gempara, Keyla tidak sengaja melihat Edwin tengah mendorong kursi roda yang di duduki oleh Keysa.

Edwin memasuki ruangan bersama Keysa, entah kenapa langkah Keyla membawanya ke sana, mengamati kegiatan Edwin yang tengah menggendong Keysa untuk memindahkannya dari kursi roda ke ranjang rumah sakit.

Awalnya Keyla terlihat biasa saja, tapi tiba-tiba saja hatinya terasa sakit kala melihat Keysa dengan sengaja menarik lengan Edwin hingga terjatuh di atas tubuhnya. Dan jangan lupakan bibir mereka yang bersentuhan. Edwin membelalakan matanya dan secepatnya langsung bangkit dari posisinya.

"Maaf Edwin, aku nggak sengaja," ucap Keysa lirih seraya menatap Edwin.

Edwin menghembuskan nafasnya kasar.

"Saya pergi," ucap Edwin lantas berbalik dan betapa terkejutnya ia mendapati Keyla yang juga tengah menatapnya. Sementara itu Keysa yang melihat kehadiran Keyla hanya tersenyum smirk.

"Keyla!" Kaget Edwin.

Keyla dengan cepat membalikkan badannya dan pergi begitu saja. Pergerakannya terhenti karena Edwin menahan tangan Keyla.

"Keyla ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan, aku bisa jelasin" ucap Edwin mencoba menjelaskan.

"Jelasin apa Edwin, itu hak kamu kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi" ucap Keyla dengan suara bergetar.

"Kita memang gak ada hubungan apa-apa lagi, tapi aku tahu kamu cemburu"

"Untuk apa aku cemburu, Aku nggak pernah cemburu liat kamu sama Keysa." Bantah Keyla. Sebenarnya ia memang sedikit merasa cemburu melihat Edwin yang dekat Keysa. Sakit rasanya mengingat Keysa, dulu adalah madunya. Lebih sakit lagi ketika Edwin lebih percaya pada Keysa dan lebih memilihnya.

"Kalau nggak cemburu kenapa nangis?" Tanya Edwin yang melihat mata sembab Keyla meneteskan air mata.

Keyla terdiam, ia menatap Edwin dengan amarahnya.

"Kamu pikir aku nangis karena cemburu sama kamu, kamu salah Edwin!" Ucap Keyla menyentak tangan Edwin.

"Mata kamu nggak bisa bohong"

Between Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang