BOM40

2.9K 49 0
                                    

Edwin baru saja keluar dari kamar mandi, dia sudah menggunakan pakaiannya.

"Sebelum berangkat kamu makan dulu," ujar Edwin.

"Ngga usah Ed, kayaknya ngga keburu," tolak Keyla karena tidak ingin terlambat.

"Makan nggak ada sepuluh menit Key, sempetin dulu," ucap Edwin.

"Iya terserah kamu aja," ucap Keyla pada akhirnya mengiyakan perkataan Edwin.

Edwin segera pergi ke dapur dan menyiapkan makanan untuk Keyla.

Sebenarnya Keyla malas melakukan apa-apa ditambah badannya yang bisa dibilang masih sakit, tapi apa boleh buat karena ini adalah pekerjaannya dan Keyla harus bisa menanggung konsekuensinya. Di tambah ia harus makan padahal perutnya masih terasa mual mungkin efek dari kehamilan yang masih muda.

Tidak membutuhkan waktu lama Edwin kembali ke kamar membawa roti yang sudah diolesi selai kacang dan juga segelas susu untuk Keyla.

"Di makan," ujar Edwin seraya meletakkan makanannya di hadapan Keyla.

Keyla menatap roti dihadapannya tiba-tiba saja perutnya seperti dikocok dan Keyla ingin muntah.

"ayo di makan, apa aku suapin?" tanya Edwin.

Keyla menggelengkan kepalanya pelan.

"Kayaknya aku nggak bisa makan aku enek banget," ujar Keyla.

"Seenggaknya kamu minum susu biar perut kamu ada isinya," kata Edwin seraya memberikan segelas susu kepada Keyla.

Dengan ragu Keyla menerima gelas yang ada di tangan Edwin. Melihatnya saja Keyla sudah ingin muntah apalagi meminumnya.

"Key," panggil Edwin disertai helaan nafas karena Keyla hanya menatap tidak nafsu susu di depannya.

"Dikit aja," tawar Keyla.

"Iya sayang," ujar Edwin seraya mengelus pelan pipi Keyla.

Keyla mendekatkan bibirnya pada gelas, bau susunya saja sudah menggangu hidungnya dan membuat perutnya tambah mual. Baru saja seteguk ia meminum susu itu Keyla langsung meletakkan gelasnya dan berlari ke arah kamar mandi.

"Keyla kamu kenapa?" tanya Edwin mengikuti Keyla ke kamar mandi.

Hueekk

Keyla langsung memuntahkan apa yang diminumnya tadi. Edwin panik bukan main, ia segera memijat pelan tengkuk Keyla dan menyingkirkan rambut Keyla yang menghalangi wajahnya.

"Muntahin aja jangan di tahan," ucap Edwin masih setia memijat tengkuk Keyla yang masih muntah.

Keyla menyalakan keran ia segera membasuh mulutnya, tubuhnya terasa lemas beruntung saja Edwin menopang tubuh Keyla dari belakang hingga Keyla tidak tersungkur jatuh.

Edwin memposisikan dirinya ia menggendong Keyla keluar kamar mandi dan membaringkan nya di tempat tidur.

"Kita kerumah sakit," ujar Edwin.

"Ngga usah aku gak papa," tolak Keyla dengan suara lemahnya. Ia tidak ingin kerumah sakit karena ia tidak mau Edwin tahu tentang kandungannya.

"Gak papah gimana? Kamu barusan muntah Key dan badan kamu lemes," ucap Edwin sambil mengelus rambut Keyla.

"Kenapa ngga mau ke rumah sakit?" tanya Edwin berhenti melakukan aktivitas dan menatap Keyla.

Keyla menggelengkan kepalanya pelan, perlahan air matanya turun membasahi pipinya.

Edwin menghela nafasnya panjang karena Keyla sangat keras kepala tapi ia mencoba untuk sabar.

"Okeee aku ngerti," jawab Edwin mencoba mengerti dengan sifat keras kepalanya Keyla.

Between Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang