BOM37

2.6K 56 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 20.30 Edwin baru saja pulang dari kantornya karena ada meeting penting bersama karyawannya.

Edwin membuka pintu rumahnya, saat pintu sudah terbuka Edwin terdiam menatap ke arah sofa ruang tamu, bukan tanpa sebab melainkan Edwin melihat Keyla yang terbaring tidak nyaman di sofa ruang tamu. Edwin berjalan pelan menghampiri Keyla.

Ia berniat memindahkan Keyla tapi tiba-tiba saja Keyla terbangun.

"Udah pulang," ucap Keyla dengan suara seraknya.

Edwin tersenyum tipis.

"Maaf udah nungguin lama," ucap Edwin.

"Aku tidur duluan, kalau mau makan di dapur udah aku siapin," jawab Keyla dingin seraya beranjak dari sofa.

Edwin memegang tangan Keyla pelan.

"Bisa temenin?" Tanya Edwin.

Keyla terdiam sebentar.

"Oke," jawab Keyla membuat Edwin tersenyum senang.

Di dapur lebih tepatnya di meja makan. Kedua pasutri itu tengah bersiap untuk menyantap makan malam.

"Mau makan bareng?" Tanya Edwin kepada Keyla.

Keyla menggelengkan kepalanya. Entah karena apa ia tidak nafsu untuk makan.

"Oh oke," jawab Edwin pelan seraya memulai makannya, nafsu makan Edwin tiba-tiba saja hilang ia menatap Keyla yang terdiam di depannya.

"Minggu depan aku mau ke Prancis," ucap Edwin.

"Berapa lama?" Tanya Keyla.

"Satu bulan," jawab Edwin sontak saja membuat Keyla sedikit terkejut, tapi dengan cepat Keyla menetralkan wajahnya.

"Oke," jawab Keyla singkat padat dan jelas.

Edwin meletakkan sendok nya.

"Kamu masih marah?" Tanya Edwin seraya menggenggam tangan Keyla lembut.

"Aku nggak marah," jawab Keyla.

"Kalau nggak marah kenapa reaksi kamu biasa aja," ucap Edwin.

"Terus aku harus gimana Ed, ikut? Nggak bisa kan karena itu urusan bisnis," jawab Keyla.

"Kamu boleh ikut," ujar Edwin.

"Maaf tapi jadwal aku padat selama sebulan kedepan," ucap Keyla seraya beranjak dari kursinya dan meninggalkan Edwin. Akhir-akhir ini Keyla merasa sensitive saat berbicara ia mudah tersinggung.

Edwin menghela nafasnya panjang badannya ia sandarkan di kursi seraya memijat pelipisnya.

Nafsu makannya sudah hilang sedari tadi, ia memutuskan untuk membereskan bekas piringnya.

Selesai membereskan bekas piringnya Edwin menuju kamar, dibukanya pintu kamar perlahan ia menatap Keyla yang sudah tertidur dengan tenang.

Edwin menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Keyla menyibak selimutnya ia sebenarnya belum tertidur, tetapi ia hanya pura-pura memejamkan matanya.

Mata Keyla berkaca-kaca begitu saja air matanya perlahan turun membasahi pipinya, satu bulan bukanlah waktu yang sebentar untuk Keyla, belum lagi ia sedang bertengkar dengan Edwin lengkap sudah penderitaannya.

Lima belas menit Keyla menangis dengan diam.

Cklek

Pintu kamar mandi terbuka dengan cepat Keyla mengusap air matanya dan memejamkan matanya lagi.

Keyla merasakan ranjangnya bergerak, Edwin menaikkan selimut di tubuh Keyla dan mematikan lampu kamarnya, yang tersisa hanyalah lampu tidur.

Setelah tidak ada pergerakan dari Edwin, Keyla membuka matanya perlahan ia menatap Edwin yang tengah memejamkan matanya. Mata Keyla semakin berkaca-kaca yang ia butuhkan sekarang hanya pelukan seperti biasa dari Edwin tapi ia tidak bisa melakukan itu.

Between Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang