Malam telah tiba, saat ini Keyla berada di kamarnya, ia mengunci kamarnya rapat-rapat membiarkan Edwin yang sedari tadi mengetok pintu.
"Key buka pintunya aku mau bicara," ucap Edwin.
"Aku mau tidur capek, jangan ganggu," jawab Keyla dari dalam.
"Please Key," ucap Edwin lagi.
"Pergi atau malam ini juga aku akan pergi dari rumah ini," ancam Keyla, dan terbukti Edwin langsung kicep di buatnya.
"Sayang?"
Keyla tidak menjawab ia menutup mulutnya rapat-rapat agar isakannya tidak terdengar oleh Edwin.
"Bertahan sebentar ya, nggak lama kok setelah ini mama pasti bawa kamu pergi jauh," tutur Keyla seraya mengelus pelan perutnya tentunya disertai isakan yang sangat menyakitkan.
"Mama sayang banget sama kamu, papa juga sayang kok sama kamu tapi mungkin papa sekarang lagi nggak ngertiin kamu," ucap Keyla.
Keyla mengusap air matanya ia memilih tidur malam ini, tanpa di temani oleh Edwin.
-BOM-
Keyla terbangun dari tidurnya, kepalanya pusing, mungkin karena ia terlalu banyak menangis tadi malam. Mentari belum bersinar, sepertinya hari ini tidak akan ada cahaya matahari. Sama halnya dengan Keyla sepertinya tidak akan ada senyuman untuk hari ini dan hari berikutnya.
Keyla mengubah posisinya menjadi duduk, lagi-lagi pikirannya terisi kembali oleh ingatan-ingatan ketika Edwin mengucapkan ijab Qabul, seketika hatinya berdenyut kencang.
"Enam bulan lagi Key setelah itu kamu bisa pergi," gumam Keyla berusaha menguatkan dirinya.
Keyla menyibak selimutnya ia memilih mandi air hangat dan membersihkan badannya, mungkin sakit kepalanya bisa reda jika ia berendam air hangat.
Dua puluh menit kemudian Keyla sudah selesai dengan kegiatan mandinya, kini ia mengambil beberapa pakaian santainya dan memakainya, setelah itu Keyla mencepol rambutnya ala kadarnya.
Keyla menatap pintu kamarnya ia ragu ingin keluar tapi Keyla juga tidak mungkin kan mengurung diri di kamar apalagi dia belum makan.
Keyla menghembuskan nafasnya sangat pelan, ia harus menerima keadaannya sekarang. Keyla akan pergi jika saatnya telah tiba, dan bisa di jamin saat itu juga Keyla tidak akan menyesalinya.
Ia berjalan membuka knop pintu, mata Keyla terfokus kepada satu titik yaitu kamar di sebelahnya lebih tepatnya kamar Keysa. Seketika muncul sifat tidak terima pada diri Keyla jika Edwin tidur dengan Keysa. Apakah benar keduanya tidur berdua semalam? Tapi entahlah Keyla tidak tahu yang ia perlukan sekarang hanya mengisi energinya kembali.
Tapi saat melewati ruangan kerja Edwin. Keyla tanpa sengaja melihat Edwin yang tengah tertidur di sofa, ada sedikit kelegaan saat melihat Edwin berada di ruangan kerjanya itu tandanya semalam ia tidak tidur dengan Keysa.
Keyla memegang dadanya ia menatap Edwin dengan pandangan sulit di definisikan.
"Andai waktu bisa diulang aku lebih memilih tidak menerima pernikahan kita," gumam Keyla sebelum beranjak dari depan ruangan Edwin dan memilih pergi ke dapur.
Di dapur Keyla menyiapkan segelas susu dan sarapan pagi untuk dirinya sendiri.
Kelya mulai memasukan margarin kedalam teflon yang sudah berada di atas kompor yang menyala. Keyla mengambil telur dan memecahkan telur itu untuk di jadikan telur ceplok. Sambil menunggu telur matang Keyla mengiris tomat dan juga timun. Menaburi telur dengan sedikit garam lalu Keyla mengambil dua roti tawar yang di oleskan sedikit margarin. Keyla menaruh telur ceplok yang sudah jadi kedalam piring setelah itu memanggang rotinya. Setelah masakan matang Keyla mulai menyusun, pertama dia meletakkan telur ke atas roti lalu selembar keju, tomat, timun dan selada setelah itu dia menaruh roti sebagai lapisan terakhir. Tidak lupa ia memberi mata dan senyum menggunakan saus dan jadilah sandwich ala Keyla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Our Marriage
RomanceIni tentang Keyla yang menjalani hari-harinya sebagai istri dari seorang CEO muda bernama Edwin Pradipta Siswanto. Dua insan dengan sifat yang berbeda dan bertolak belakang dipersatukan dalam ikatan pernikahan karena perjodohan orang tua mereka. Ked...