01. MALAIKAT YANG HILANG

1.4K 196 51
                                    

HAPPY READING!

[BERIKAN VOTE + KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA]

TINGGALKAN JEJAK KALIAN DI KOMEN!

*****

Flashback On...

"Tahun depan anak Bunda sudah SMA, ya?" tanya wanita paruh baya yang sedang sibuk memasak menyiapkan makan malam.

Anak laki-laki berumur 15 tahun tengah duduk di kursi meja makan seraya coret-coret buku itu mengangkat pandangannya ke arah Henny yang membelakanginya.

"Iya, Bun. Reval sama Raka satu sekolah lagi."

Henny mematikan kompor, menghampiri Reval kemudian duduk di kursi sebelahnya. Ia menatap teduh anak semata wayangnya sambil tersenyum manis.

Henny Rahmania, wanita paruh baya berumur 30 tahunan yang merupakan bunda Reval. Pekerjaan sehari-harinya hanya sebagai ibu rumah tangga pada umumnya. Dia tidak pernah berbicara menggunakan nada tinggi kepada siapapun. Hatinya lembut seperti kapas dan selalu tersenyum.

"Iya sayang, Bunda ikut kamu aja. Yang penting kamu bahagia."

"-Kebahagiaan Reval, kebahagiaan Bunda juga." lanjutnya lagi seraya mengelus rambut hitam milik Reval.

Anak itu merubah posisinya menghadap Henny kemudian memeluknya erat. "Eval sayang Bunda," ungkap Reval di dalam pelukan bundanya.

Henny pun membalas pelukan putranya erat sembari mengelus punggungnya. "Bunda juga sayang Eval."

"-dan rindu Ayah," sambung Henny lirih.

Reval menguraikan pelukannya kemudian beralih menggenggam kedua tangan Henny seolah-olah menyalurkan perasaan tenang untuk bundanya. Reval tipikal anak yang mudah peka terhadap perasaan. Terlebih lagi Henny, sebagai orang tua satu-satunya saat ini.

"Bunda.. ayah di surga udah bahagia. Sangat bahagia. Pasti ayah makin sayang sama Bunda karena udah menjadi Ibu yang hebat buat Eval," tutur Reval lembut.

Hati Henny menghangat mendengarnya.

Reval menuntun tangan kanan Henny menyentuh dadanya. "Bunda dan Ayah akan ada di sini. Kapanpun itu."

Edy Wijaya-merupakan sosok ayah hebatnya. Edy meninggal dunia sejak Reval berusia 11 tahun akibat mengidap penyakit 'Kanker' yang menggerogoti tubuhnya selama 5 tahun. Beliau sangat pekerja keras serta pantang menyerah. Pria berumur 40 tahunan itu juga selalu mengajarkan Reval tentang kesederhaan dan betapa pentingnya menghargai wanita.

Air mata Henny luruh tanpa diminta. Ada perasaan campur aduk kian menggerogoti dirinya. "Iya sayang, Reval juga akan menjadi anak Bunda yang paling hebat." Bibirnya bergetar menahan tangisan yang akan terjun sebentar lagi. "Bunda minta maaf, Nak. Bunda belum bisa bikin Eval bahagia."

Lantas Reval menggeleng keras lalu memeluk erat bundanya seakan tidak akan dilepaskan lagi. "Bunda kebahagiaan buat Eval. Bunda jangan nangis, Eval jadi sakit dengernya. Nanti ayah marah kalau tau Bunda nangis."

Henny menguraikan pelukannya, menyeka air mata lalu terkekeh. "Iya sayang, Bunda nggak nangis lagi."

"Bunda cantik kalau senyum." ujarnya sambil mengusap sisa-sisa air mata Henny. Reval memang suka melihat wanita tersenyum. Baginya, melihat senyuman wanita dapat memberikan rasa ketenangan di hatinya. Entah aneh atau tidak, tapi memang begitu adanya.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang