57. PESAN UNTUKNYA, ORANG BAIK

180 17 2
                                    

Jangaann lupaaa votee, komen jugaa thankyouu❣️

Semogaa makin suka sama cerita inii yaaa,
Aamiin<3

[Part ini lebih panjang dibanding biasanyaaa yaa]

HAPPY READING!

57. PESAN UNTUKNYA, ORANG BAIK

Sesederhana apapun caranya. Jangan pernah menaruh ragu untuk selalu, tetap, berbuat baik. Tidak akan sia-sia.
— Tokoh utama di cerita ini.

****

"Akhir-akhir ini meskipun kita-kita ngumpul, sepi amat," celetuk Fallan dibarengi ekspresi lesu.

"Mau rame rumah lo bakar," sahut Ettan sembari melirik malas.

"Yeee mentang-mentang banyak duit mainannya bakar rumah!" Fallan melemparkan gulungan bungkus makanan kepada Ettan yang berada duduk di sebelahnya.

"Tapi emang kerasa banget kalau kurang 1. Biasanya tiap abis ujian gini berisik, banyak rencana." Ettan menimpali pada akhirnya.

Davka perlahan menaikkan pandangannya begitu mendengar pernyataan 'kurang 1' tersebut. Teramat jelas, yang dimaksud di situ adalah Reval.

Ujian praktik yang dikhususkan untuk kelas jenjang terakhir di masa SMA baru saja usai hari ini setelah 1 minggu lamanya terlaksana dengan baik. Bisa dipastikan para murid kelas 12 banyak yang bersorak bahagia dan bernapas lega, setidaknya dari beragam ujian-ujian yang harus mereka hadapi, berkurang satu persatu.

Akan tetapi, moment seru, senang, itu tidak berlaku untuk anak- anak Vincenzo. Tidak ada kelegaan yang mereka rasa. Justru, khawatir, gelisah, emosi, sedih, dan suasana buruk lainnya yang mendominasi masing-masing.

Genap 3 minggu sudah mereka menjalani aktivitas tanpa kabar sedikitpun tentang Reval. Malam hari di depan rumah Eynara, itu adalah terakhir kali anak-anak Vincenzo bertemu Reval. Setelahnya, dicari, ditunggu, tetapi nihil.

"Greta belum sembuh, Dav?" tanya Reyga yang semula memandang lurus ke depan, kini berbalik menatap Davka.

Davka menggeleng lemah. "Demamnya naik turun. Kebanyakan nangis juga, keinget Reval," jawabnya. "Itu gara-gara gue."

"Coba aja waktu itu gue nggak ngajak Greta buat nyari Reval sampe malem dan kehujanan. Pasti nggak akan sakit," lanjutnya. "Gue payah banget emang."

Lantas Ettan sedikit bergeser—mendekat pada kursi kayu yang diduduki ketuanya itu. "Bukan salah lo, Dav. Kan, Greta, emang maksa nyari Reval."

Reyga mengangguki setuju. "Masalah sakit, ya emang udah waktunya. Jangan nyalahin diri sendiri."

Davka membuang napas kasar. "Gue mau ke ruang guru, mau samperin Raka. Gue takut Raka di sana susah ngasih alasan yang tepat lagi ke guru."

"Nggak usah. Tunggu aja," larang Reyga langsung. "Raka yang dipanggil dan gue yakin dia banyak alasan kalau ditanya soal Reval."

"Pasti soal Reval, nggak mungkin yang lain—"

Penuturan Davka terhenti lantaran pintu rooftop terbuka. Sontak semuanya mengalihkan atensi kepada cowok yang berjalan dengan raut terkesan 'ada sesuatu'.

"Ka!" Davka pun langsung bangkit dari duduknya. "Kabar apa lagi? Bahas Reval, kan? Guru nanyain apa aja?" cecarnya.

"Santai, Dav." Reyga menetralkan.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang