HAPPY READING COWCOW KUU!!
Semoga suka sama cerita ini ya, aamiin<3
[BERIKAN VOTE + KOMEN YA SEBANYAK-BANYAKNYA GUYS")]
TAU CERITA INI DARI MANAA?
TINGGALKAN JEJAK KALIAN DI KOMEN!
*****
Genap satu minggu, liburan sekolah telah berakhir. Suasana pagi hari begitu ramai disertai hawa dingin yang sangat menusuk batin. Burung-burung pun bertebaran saling bertegur sapa satu sama lain seolah ikut menyambut aktivitas sang manusia. Seluruh murid SMA DIPKARA kembali memasuki gerbang, menuntut ilmu seperti biasa.
Enam remaja cowok kini berjalan beriringan menyusuri koridor menuju kantin sembari menunggu bel masuk. Vincenzo sengaja berkumpul di markas terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah tadi.
"Nggak nyangka masih bisa sekolah," celetuk Ettan. Cowok menggunakan sepatu Air Jordan itu berada di antara Reval dan Reyga.
"Emang lo mau mati?" Davka menoleh malas sekilas ke arahnya. Karena ia berjalan di depan bersama Raka dan Fallan.
"Anjir pertanyaan ngeri," balas Ettan.
"Gila, makin bening. Apalagi adek kelas, beuhh!!" Cowok itu menggeleng-gelengkan kepala kagum. Sejak tadi, mata Fallan berkelana pada cewek-cewek di sepanjang koridor.
"Yeee." Reval menjitak kepala Fallan dari samping. "Mata lo siwer lama-lama."
"Iri? Iri?!"
Davka berdecak di sebelahnya. "Pagi-pagi udah bacot!"
"KAK!" Suara teriakan cempreng dari belakang membuat langkah keenam cowok itu terhenti, menoleh kompak mencari sang pemilik suara.
"Kiw! Kenapa, Neng?" tanya Fallan genit ketika cewek dengan model rambut Side-parted lob telah berada di hadapannya. "Akh..." Sikut Ettan mendarat tepat pada perut Fallan sehingga membuatnya meringis.
"Asu!"
Davka menghela napas pelan kemudian beralih menengok cewek tersebut. "Nyari siapa?"
Kepalanya terangkat, menatap Vincenzo satu per satu, lalu berhenti pada cowok di sebelah Reval. "K-Kak Rey dipanggil guru bimbingan."
"Buset, baru masuk sekolah udah ditimpa pelajaran," Reval bersuara. Ia tak sanggup membayangkan jika dirinya lah yang menjadi Reyga, pasti otaknya akan pecah.
"Di mana?" tanya Reyga seraya membenarkan sampiran tas nya di pundak kirinya.
"D-di ruang guru," sahutnya malu-malu. Bayangkan saja di tengah ramainya koridor, ia berinteraksi dengan enam cowok sekaligus.
"Neng cantik jangan malu."
"Dia bukan malu, tapi takut soalnya muka lo serem," balas Ettan melirik Fallan.
Reyga mengangguk lalu menatap teman-temannya. "Gue duluan."
Davka dan Raka mengangguk.
"Semangat, Ega!" teriak Fallan berani ketika cowok dengan permen di mulutnya itu menjauh. Jika dekat, tak mungkin ia berani menyebut nama panggilan keramat itu, bisa-bisa di banting oleh Reyga.
"Lo nggak bosen minum es tebu?" tanya Ettan. Kini mereka berlima ditambah Greta telah sampai di kantin.
Reval menggeleng. "Gue sendiri yang milih es ini jadi favorit gue. Jadi, gue pastiin rasa bosen nggak akan ada." jawabnya sambil memain-mainkan es batu menggunakan sedotan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRUGGLE
Teen FictionKetulusan diukur dengan latar belakang hidup? -𝚂𝚝𝚛𝚞𝚐𝚐𝚕𝚎 Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak remaja sederhana yang benar-benar memperjuangkan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. *** "Aku akan genggam kamu selamanya, Nara." -kalau Tu...