55. KALI INI, HUJANNYA SAKIT, YA?

215 24 0
                                    

[ Bab ini harusnya jadi 1 di bab sebelumnya. Tapi takut kalian bosen karena kepanjangan. Jadi, dipisah ◉⁠‿⁠◉ ]

Jangaann lupaaa votee, komen jugaa thankyouu❣️

Semogaa makin suka sama cerita inii yaaa,
Aamiin<3

HAPPY READING!

55. KALI INI, HUJANNYA SAKIT, YA?

Rindu, bukan cuma hari ini. Tapi, seterusnya. Ya walaupun, rindu itu terkadang menyakitkan bagi sebagian orang yang sedang tak untung.

***

"Nara! Aku di sini!" teriak Reval, kepalanya melongok ke bagian gerbang atas untuk melihat area halaman rumah Eynara.

Ya, ketika telah memilih beranjak dari pasar malam, Reval tiba-tiba memutuskan mengunjungi rumah Eynara dan berharap bisa bertemu gadis itu. Meski memakan waktu hampir sekitar setengah jam untuk kembali ke daerahnya, hal itu bukan masalah bagi Reval.

Mereka berdua sudah tidak bertemu, tak bertatap muka, tak saling berkabar selama hampir dua minggu.

Kalau rindu, wajar, kan?

Merasa tak kunjung ada respons dari dalam rumah tersebut, lantas Reval berjalan ke samping bangunan itu. Guna mengintip dari dinding yang terdapat celah-celah kecil. Sepi.

"Nara! Aku di luar sini!" teriaknya lagi, sedikit parau. Selain sangat berharap Eynara akan membukakan gerbang, lalu menemuinya. Ia juga memiliki harapan lain, setidaknya ada Pak Herman yang menyambut kedatangannya hangat.

"Aku mau ketemu sebentar, Na! Aku tau kamu ada—" Reval menghentikan pekikannya, cowok itu membuang napas pelan yang terdengar lelah.

Kemudian, satu tangannya bergerak mengusap wajahnya yang basah akibat gerimis kecil yang masih, tetap, setia menetes.

"Nara! Ayo ketemu sebentar!" Reval tak menyerah, tangan dingin cowok itu kembali mengetuk-ngetuk gerbang yang tertutup rapat.

Sampai pada akhirnya, teriakannya yang memanggil nama Eynara terhenti. Kala suara derap langkah terdengar dari dalam sana, yang ia yakin akan menghampirinya.

Lantas Reval kembali membuka suaranya. "Ini aku, Nara!"

Gerbang berbahan besi itu bergeser, membuat Reval terdiam, mengerjap. Dua harapannya sebelumnya lagi-lagi harus ia kubur dalam-dalam.

Bukan gadis yang teramat sangat ia rindukan kehadirannya.

Bukan pula Pak Herman; penjaga rumah yang akan menyambutnya hangat.

"Benar-benar remaja ini lagi rupanya."

"Jangan mengganggu ketenangan keluarga Tuan Egi! Silahkan pergi!" usir pria yang satu lagi.

Reval menggeleng pelan, bibirnya tertarik ke atas menyunggingkan senyuman tipis. Di depan Reval saat ini ada dua orang pria paruh baya berbadan kekar yang pernah mencegatnya di jalanan sepi, menghina, mengancam agar ia menjauhi Eynara, serta memukulinya. Atas suruhan Egi beberapa waktu lalu.

Ya, Reval masih ingat kejadian itu.

"Saya minta izin mau ketemu Nara sebentar, Pak," kata Reval pelan dengan penuh permohonan. "Hampir dua minggu saya nggak ngeliat wajahnya. Saya butuh Nara," lanjutnya, suaranya semakin memelan.

"Jangan mimpi! Pergi sana! Nona Nara tidak butuh kamu sedikit pun!" salah satu dari dua itu membentak seraya tangan kirinya yang terangkat ke udara, mengusir.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang