34. PERI MANIS YANG MENANGIS

228 40 2
                                    

Apa kabarrr?? Bahagia selalu, semoga.

Vote+komen yaa, itung-itung semangatt buatt akuu!!

Semoga makin suka sama cerita inii sampai end nantiii, Aamiin🤎

Typo juga tandain okee!

HAPPY READING!

34. PERI MANIS YANG MENANGIS

"PALPAL!"

Greta yang baru saja keluar dari ruang perpustakaan itu berteriak seraya melambai-lambaikan tangannya kepada Reval yang sedang berjalan menunduk karena tengah memakai dasi.

Melihat Greta yang berlari kecil ke arahnya itu membuat Reval menghentikan langkahnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Jangan lari-lari mulu, Ta," ujar Reval setelah Greta berada di hadapannya.

"Tadi malam Epal ke markas nggak? Gue nggak ke sana. Padahal pengen ke sana," cerocos Greta, disusul hembusan napas kasar.

"Iya. Gue ke markas," balas Reval, kemudian mengerutkan alis. "Emangnya lo ke mana semalem?"

Tak kunjung mendapat jawaban dari Greta, Reval yang memang peka langsung paham bahwa adik perempuannya itu sedang dalam keadaan mood tidak baik.

"Eta lagi berantem sama Davka, ya?" tebak Reval dan tepat sasaran.

Sontak gadis itu pun menatap Reval seraya mendengkus. Bersiap-siap akan mengadu. "Ck! Iya. Gue kesel banget, Pal. Padahal, gue tadi malem sehat. Tapi, tiba-tiba disuruh istirahat. Giliran gue mau naik motor sendiri, eh, malah ngam—"

"Ekhem." Suara laki-laki dari belakang punggung Reval itu membuat ucapan Greta terhenti. Reval yang sedikit asing dengan pemilik suara tersebut lantas mengerutkan kening lalu membalikkan badan.

Di detik yang bersamaan, Reval memutar bola matanya malas. Arya dan Garvi berada di hadapannya dan ia sudah menebak pasti mereka berdua akan mencari masalah.

"Ternyata lo bisa ngedeketin semua cewek, ya?" Cowok dengan Headband itu tersenyum remeh seraya bersedekap dada.

"Kata siapa?" Reval memasang wajah datar. "Gue bukan lo. Tiap hari mainin cewek sana-sini. Keren kagak, jamet iya," imbuhnya, skakmat.

"NAH! BENER, TUH!" timpal Greta ikut-ikutan. "Biar gue kasih tau, ya. Epal itu abang gue! Itu artinya, jangan sekali-kali lo ngatain abang gue di depan gue. Lo pikir gue takut sama lo?! Lo itu harusnya ngaca, dasar orgil!"

Garvi yang tersulut emosi itu pun hendak mendekati Greta dengan kedua tangannya yang terkepal. Namun, dengan cepat Reval langsung memasang badan untuk melindungi adik perempuannya.

"Lo bisa mati kalau sentuh dia!" desis Reval tidak main-main. Kini, raut wajahnya menjadi serius. Ia tidak akan membiarkan siapapun melukai sedikitpun orang terdekatnya, terutama perempuan.

"Dia cewek dan ini sekolah, lo harus inget!" peringat Arya sedikit berbisik sembari memegang bahu Garvi guna menahan agar tidak kelepasan. "Jangan cari masalah di sini."

Dengan napas yang menggebu-gebu, Garvi menepis kasar tangan Arya dari pundaknya sambil mengumpat karena terpaksa harus mengalah dan menahan emosinya. Lalu, kedua bola mata abu-abunya kembali beralih menatap Reval sinis.

"Lo tetap berurusan sama gue!" Garvi menekan dada Reval menggunakan jari telunjuknya. Setelahnya, cowok Headband hitam itu melenggang pergi dari sana, diikuti Arya di belakangnya.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang