44. NIGHT RIDE

208 31 0
                                    

Haii haii, apa kabar?? Jangan lupa bahagiaaa wekkk

Vote komennya yeaa

Semoga makin suka sama cerita ini yaa, Aamiin<3

HAPPY READING!

44. NIGHT RIDE

"Ayo, Tan. Udah lama juga, kan, kita nggak night ride."

"Ck! Gue udah bilang, gue nggak mau," kekeh Ettan menolak ajakan Reyga. Sudah jelas terlihat bahwa dia tidak tertarik sama sekali.

Sejak kemarin, Davka, Reyga, dan Fallan, bahkan Raka mencoba membujuk Ettan agar melupakan sejenak rasa kecewanya kepada Reval, demi ikut serta merayakan hari ulang tahun cowok itu.

"Kalau bukan kita, siapa lagi yang Reval harapin di hari ulang tahunnya? Seenggaknya lo menghargai dia," tutur Reyga, lagi, setengah kesal.

Ettan menatap sahabatnya itu sekilas, lalu tersenyum miring. "Emangnya dia ngehargai kita? Nggak, kan?  Ngapain repot-repot."

Raka yang tengah memasang jaket itu lantas menoleh sekilas. "Lo pikir-pikir lagi."

Dari pojok markas, Davka pun melangkahkan kakinya mendekati Ettan yang duduk di salah satu sofa. Sang ketua itu kemudian menyentuh bahu kanan Ettan dengan posisi berdiri. "Kalau lo masih kecewa, nggak apa-apa. Tapi, lo tetap harus ikut malam ini."

"Nggak usah diniatin buat ultah Reval kalau lo nggak mau. Anggap aja night ride biasa. Kalau lo nggak ikut, gue yakin Reval nggak akan puas sama kegiatan malam ini. Dia berharap banget lo ikut," paparnya panjang lebar, menasehati. Jika dalam situasi seperti ini, rasa kesal Davka kepada cowok hiperaktif itu sedikit bisa dia redamkan.

Di detik yang bersamaan, pintu markas terbuka. Disusul dengan Reval dan Fallan masuk dengan semangat. Suatu kebetulan mereka berdua datang berbarengan kali ini.

"GASS! UDAH JAM 9 NIH!" ajak Fallan heboh sendiri di ambang pintu.

"Ikut semua, kan?" tanya Reval tersenyum lebar. Menatap para sahabatnya yang hanya diam. Lalu, tatapannya itu berhenti kepada Ettan yang memalingkan wajah ke arah lain. "Lo ikut, kan, Tan?"

Tangan Davka yang masih berposisi di atas bahu kanan Ettan lantas bergerak—memberi tepukan pelan. Seakan-akan menyuruh cowok itu menanggapi pertanyaan dari Reval.

"Gue ikut buat nyenengin diri gue sendiri," jawab Ettan, kemudian bangkit dari duduknya dan keluar terlebih dahulu dari markas.

Mengerti dengan apa yang ada di benak Reval, Reyga lantas berdehem. Membuat lainnya langsung tersadar.

"Tenang aja. Sedikit demi sedikit," kata Reyga, yang langsung mendapat anggukan serta senyum tipis oleh Reval.

"Muka lo nggak usah kusut gitu. Kayak mayat hidup." Raka mengucapkan itu ketika melewati Reval di ambang pintu, juga memilih keluar terlebih dahulu dari sana.

***

"YANG ULTAH NYUCI MOTOR!" pekik Fallan sembari melepas kedua tangannya dari setang motor.

Lantas Reval menarik gas dan mensejajarkan posisi motornya dengan milik Fallan."Otak lo sini gue cuci!"

"KE MANA LAGI NIH?!"

"Nggak usah teriak gitu, Bangsat! Suara lo cempreng!" ujar Reyga kesal, melirik sinis ke arah cowok berwajah polos itu.

Waktu telah menunjukkan hampir pukul 12 malam, anak-anak Vincenzo memutuskan untuk menyudahi aktivitas mereka yang sudah berlangsung selama kurang lebih 3 jam. Mulanya jalanan ramai, hingga perlahan sepi.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang