60. (MASIH) PILU YANG MENDALAM

183 23 2
                                    

Jangaann lupaaa votee, komen jugaa thankyouu❣️

Semogaa makin suka sama cerita inii yaaa,
Aamiin<3

HAPPY READING!

60. (MASIH) PILU YANG MENDALAM

Begitu sering menelan pedih, hingga bahagia menjadi terasa asing.

****

Gue butuh Nara, Ka. Tapi Nara berhak dapat seseorang yang keadaan hidup dan keluarganya lebih baik dari gue ...."

"Evall! Aku di sini!"

Seorang gadis yang baru keluar dari mobil itu langsung berlari menghampiri Reval. Begitu juga dengan anak-anak Vincenzo di belakang. Lalu pada akhirnya, Eynara terhenti lemah di samping cowok tersebut.

Mereka berdua diam dalam tatapan satu sama lain dengan sorot begitu sesak, yang juga tersirat rasa rindu.

"Eval," gumam Eynara di sela-sela isakan tangisnya. Tangannya yang sangat dingin itu menyentuh pundak Reval. "Aku turut berduka cita... dan aku minta maaf," lanjutnya gemetar.

Lantas Reval tersenyum tipis sesaat. "Aku hancur, Na. Bunda aku nggak pulang ke rumah, aku juga nggak bisa bawa bunda aku ke hadapan kamu," sahutnya pelan.

Lidah Eynara terasa kelu untuk menjawab. Melihat keadaan Reval yang sangat pilu serta jauh dari kata baik-baik saja, membuat hati Eynara bagai tersayat pisau.

Perlahan, Reval menggapai tangan kiri gadis itu untuk digenggamnya. "Aku udah nggak layak buat jadi orang yang kamu cintai. Kamu liat, kan, kalau aku semakin banyak kekurangan?"

Sontak Eynara menggeleng kuat, "Kamu ngomong apa, Eval? Kamu sendiri yang pernah bilang, kalau setiap manusia pasti punya kekurangan."

"Ini udah takdir, Val," timpal Davka lalu berjalan mendekat. Sekaligus ikut berjongkok di samping kiri Reval. "Di saat lo sendiri belum bahagia, lo masih berusaha bahagiain orang di sekitar lo dulu. Itu sifat dan kelebihan lo yang nggak semua orang bisa."

Ettan, Reyga, Fallan yang berdiri di belakang, ikut memberi anggukan setuju dengan hati yang turut bersedih. Begitu pula Raka.

"Tentang keluarga yang udah nggak utuh, jangan dianggap kekurangan kamu," imbuh Eynara tulus.

Secara tiba-tiba, Reval terkekeh. Mengalihkan pandangannya kosong ke depan. "Kata bunda, kalau aku kangen bunda, disuruh cari aja. Tapi, sekarang mau dicari di mana?"

"Sekarang keinginan aku pengen ikut bunda." Reval melanjutkan dengan suara pelan.

"Nggak akan bisa, ada waktunya sendiri," sambar Raka langsung, nada bicaranya terkesan tidak suka. "Kita ke rumah sakit aja. Lo lagi sakit, makanya omongan lo dari tadi nggak jelas."

"Gue nggak lagi melantur, Ka." Reval menyanggah.

Mendengar penuturan itu, Eynara membalas genggaman tangan Reval begitu kuat, seraya memberikan gelengan. Diusapnya air mata Reval sehingga cowok itu menoleh.

"Kamu jangan ikut nangis karena aku." Reval tertawa pelan.

Perlahan, Reval pun menggeser posisinya lebih dekat dengan gadis di samping kanannya itu. Mengerti akan maksud tersebut, lantas Eynara bergerak lebih dulu—memeluk Reval; menyalurkan ketenangan.

"Aku gagal jadi anak yang baik buat bunda, Na ...."

"Siapa bilang? Kamu baik dan bunda kamu pasti bangga sama kamu." kata Eynara seraya memberi usapan lembut pada punggung Reval. "Kamu jangan bicara yang aneh-aneh lagi, Eval."

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang