61. PERJUANGANNYA ITU TIDAK SIA-SIA

209 21 1
                                    

Jangaann lupaaa votee, komen jugaa thankyouu❣️

Semogaa makin suka sama cerita inii yaaa,
Aamiin<3

HAPPY READING!

61. PERJUANGANNYA ITU TIDAK SIA-SIA

Bukan tentang siapa yang datang lebih awal. Tetapi, tentang siapa yang datang dan tetap bertahan sampai akhir dengan ketulusannya. Itulah pemenangnya.

****

"Eval, kamu ngapain di situ?" tanya Eynara dari arah sisi brankar.

Tidak ada jawaban.

Lantas gadis tersebut berjalan menghampiri Reval yang masih setia bergeming dengan pandangan mengarah ke luar jendela ruangan di sana.

"Kamu liat apa?"

Seketika Reval mengerjap, sadar dari lamunan sendunya. "Aku cuma liat embun yang jatuh dari daun-daun pohon itu, Na. Seger soalnya," jawab cowok tersebut seraya mengembangkan seyuman tipis.

Eynara pun mengikuti arah pandang yang dimaksud oleh Reval. Sekitar satu jam lalu, ketika Eynara datang ke rumah sakit, cowok itu lebih banyak merenung. Hingga kini, Eynara sangat mengerti apa yang sebenarnya selalu Reval rasakan dan pikirkan.

"Aku nggak apa-apa, Na. Jangan khawatir soal aku," ujar Reval dengan suara tenang. Mereka berdua seakan saling tahu rasa yang tengah bersemayam dalam benak masing-masing.

"Bunda kamu pasti bangga punya seorang anak seperti kamu, Eval. Karena kamu laki-laki yang kuat," kata gadis itu begitu dalam. "Walaupun biasanya cuma pura-pura, seperti sekarang," lanjut Eynara diluar kendalinya.

Hal itu, mampu membuat Reval memilih memalingkan wajahnya—menyembunyikan fakta tersebut. Setelah beberapa saat, ia lalu berdehem memecah keheningan.

"Kamu nggak capek bolak-balik rumah sakit, Na? Apalagi ini masih pagi," ucap Reval, mengganti topik.

Eynara memberikan gelengan. "Kamu berlebihan, Eval. Aku cuma 3 kali ke rumah sakit buat jenguk kamu, dan itu bukan bolak-balik. Aku juga khawatir karena kamu semalaman nggak tidur."

Hembusan napas pelan langsung terdengar. "Pasti Raka yang ngasih tau," gumam Reval. Memang, ketika kembali dari taman rumah sakit tadi malam, Reval tidak bisa tidur setelahnya.

"Aku emang pengen begadang aja. Tapi aku tidur kok, Na," belanya menghadap Eynara, lalu Reval meraih tangan gadis di hadapannya itu. "Aku cuma mau kamu jangan banyak khawatir soal aku. Apalagi sedih cuma gara-gara aku."

Ceklek!

Pintu ruangan terbuka, sontak menyita perhatian Eynara dan Reval. Mendapati Raka yang melangkah masuk usai menatap sesaat mereka berdua.

"Udah beres semua, kan?" Raka bersuara dari sisi brankar sembari mengecek laci nakas.

"Udah kok," balas Eynara pelan. "Oh ya, obat buat Reval diambil di mana?"

Raka mengangkat tangan kanannya yang menggenggam kantong plastik berisikan beberapa obat untuk Reval. "Udah gue tebus ini."

"Administrasi-nya gimana, Ka? Lo juga yang bayar?" Reval menyahut, dengan nada tidak enak.

Berdecak, cowok dengan tampang datar itu memutar bola matanya malas. "Ayah gue yang bayar, bukan gue. Tenang aja, gue sama lo masih sama-sama miskin," kata Raka yang paham dengan pemikiran sepupunya itu.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang