Haii haii, apa kabar?? Jangan lupa bahagiaaa
Vote komennya yeaa
Semoga makin suka sama cerita ini yaa, Aamiin<3
HAPPY READING!
39. LUKA BARU
Hari telah berlalu. Semenjak Reval menjenguk Eynara di rumah sakit dengan membawakan jam weker yang berakhir diusir. Sampai sekarang, Reval belum menemui gadis itu lagi. Setidaknya agar emosi Egi mereda terlebih dahulu, walaupun kecil kemungkinan.
Senin.
"Gue pengen jenguk Nara, Pal."
"Kenapa dia bisa kambuh?"
"Mending lo anterin gue ke rumah Nara."
Perjalanan dari kelas hingga saat ini, Greta tidak berhenti mengoceh, meminta bertemu dengan Eynara kepada Reval. Bukan Reval yang memberitahu soal itu, melainkan Ettan. Mereka berdua sedang berjalan menuju kantin, untuk menyusul anak Vincenzo lainnya yang sudah lebih dulu.
"Nggak usah, Ta. Nara udah baik-baik aja." Entah yang ke-berapa kalinya Reval mengatakan hal itu.
Greta berdecak. "Kalau baik-baik aja, nggak mungkin di rumah sakit."
Lantas cowok itu merangkul Greta seraya terkekeh kecil. "Baik-baik aja. Nara udah pulang ke rumah." Eynara memang telah kembali dari rumah sakit sejak 2 hari yang lalu. Dan Reval tahu. Karena kemarin, Reval sempat melewati rumah gadis itu dan bertanya diam-diam kepada Pak Herman.
"Ya udah kalau gitu," pasrah Greta pada akhirnya. "Kita udah lama ya, Pal, nggak mabar game?"
Bersamaan dengan itu. Mata Reval menangkap seorang lelaki di atas koridor sana yang tersenyum miring ke arahnya dengan posisi bersedekap dada. Tak lain, tak bukan adalah Garvi. Di depan Greta, Reval berusaha untuk meredamkan emosinya dan mengabaikan laki-laki pencari masalah itu. Ditambah lagi, ini masih di area sekolah.
"Kenapa diem, Pal?" tanya Greta sedikit mendongak untuk menatap Reval. Sehingga membuat cowok itu langsung tersentak kaget.
"Nggak. Udah-udah, ayo!" Reval menggandeng tangan Greta kemudian mengajak gadis itu berlari kecil bersamanya.
***
"Ke rumah gue dulu nggak? Ditanya bunda."
Reval yang baru saja akan mengenakan helm itu terlonjak kaget. Ia menoleh ke belakang, mendapati Raka— berjalan ke arah motornya yang bersebelahan dengan motor milik Reval.
"Gue mau ke makam ayah," jawab Reval. Untuk itu, Raka yang telah berada di sampingnya pun memberi anggukan. Mereka berdua sibuk dengan memasang jaket hitam dan helm masing-masing.
"Pulangnya aja nanti, Ka," imbuh Reval kemudian.
Dari balik helm Fullface-nya, Raka mengangkat alisnya satu. "Jam?"
Mendengar pertanyaan yang terdengar aneh itu, Reval sontak tertawa sambil menggeplak lengan Raka. "Cie, perhatian banget!"
"Takut aja kalau lo mati tanpa kabar."
Seketika raut wajah Reval berubah 180%. "Bangke lo!"
Raka hanya mengangkat bahunya acuh, kemudian mendahului Reval mengeluarkan motornya dari himpitan motor lainnya. Dan tanpa rasa perikemanusiaan, Raka langsung melesat pergi dari sana.
"Baru tau gue ada manusia kayak dia," gumam Reval.
***
Sebidang tanah yang berbentuk gundukan. Reval terdiam dengan posisi berjongkok di sana. Dulu, pemakaman adalah tempat yang tidak ingin Reval kunjungi. Tetapi pada kenyataannya, hal itu mustahil. Semua, pasti akan mendatangi tempat yang disebut 'rumah terakhir'.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRUGGLE
Teen FictionKetulusan diukur dengan latar belakang hidup? -𝚂𝚝𝚛𝚞𝚐𝚐𝚕𝚎 Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak remaja sederhana yang benar-benar memperjuangkan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. *** "Aku akan genggam kamu selamanya, Nara." -kalau Tu...