63. GITAR TEDUH

176 19 1
                                    

Jangaann lupaaa votee, komen jugaa thankyouu❣️

Semogaa makin suka sama cerita inii yaaa,
Aamiin<3

HAPPY READING!

63. GITAR TEDUH

Tempat pulang itu bisa berupa ruang, bisa juga seseorang.

****

Obrolan-obrolan para murid saling bersahutan di sepanjang koridor. Derap langkah sepatu dari sebagian mereka pun berbunyi tanpa jeda, mengarah ke gerbang sekolah untuk kembali pulang. Di sela-sela itu semua, sesekali gelak tawa ikut terdengar dari anak-anak Vincenzo.

"Berarti masih banyak yang sayang sama lo, Pal. Makanya lo harus semangat!" Greta bertutur antusias.

"Lo termasuk adik yang sayang sama abangnya nggak, Ta?" tanya Reval iseng sembari menoleh kepada gadis tersebut yang berjalan di sebelahnya.

Lantas Greta mendengkus. "Lo ngeraguin gue, Pal?"

Melihat raut sebal Greta, Reval terkekeh gemas. Tangannya bergerak memberikan tepukan teramat pelan di pucuk kepala gadis itu. "Kalau mau abangnya semangat, adiknya juga harus!" kata Reval.

Greta langsung mengangguk dua kali diiringi senyum lebarnya. Di depan mereka, juga ada dua orang yang berjalan. Juga ikut mendengarkan semua penuturan serta candaan Greta dan Reval.

"Jadiin semua ucapan bela sungkawa itu sebagai penyemangat lo, Val. Sedih boleh, tapi jangan larut," pesan Davka.

"Gue yakin, kalau lo semangat lagi, bunda lo ikut seneng di sana," timpal Reyga menoleh ke belakang sesaat untuk menatap Reval.

Cowok itu hanya menanggapi dengan anggukan samar yang disusul senyuman miris tanpa sepengetahuan ketiga sahabatnya tersebut.

Hari senin ini adalah hari pertama Reval kembali masuk sekolah setelah hampir dua bulan ia berkutat di luar bersama tujuannya. Tetapi sayangnya, ternyata yang dituju tak dapat ia raih, harapannya pun berakhir pupus.

Dan memang, sejak pagi ketika Reval datang, ia disambut sangat hangat terutama oleh wali kelasnya. Banyak ungkapan bela sungkawa, serta Reval juga dikuatkan oleh teman-teman sekelasnya yang seakan menyalurkan semangat agar ia tak karam.

"Lo langsung pulang, Dav?" tanya Reval setelah mereka sampai di parkiran sekolah.

Sang ketua itu mengangguk. "Tapi gue ke markas dulu, jaket gue ketinggalan di sana. Sekalian anterin Greta," jawabnya.

"Lo, Rey?" Reval beralih menengok kepada Reyga yang tengah memakai jaket kulit hitamnya.

"Yoi. Ditungguin Varina, gue udah janji mau nemenin dia beli mainan," balas cowok itu dalam posisi telah duduk di atas motor.

"Yahhh... berarti nanti malem nggak ngumpul dong?" sambar Greta tiba-tiba tampak lesu.

"Nggak, Ta." Davka menatap kekasihnya itu seraya menggeleng. "Istirahat dulu hari ini oke. Nanti kecapekan," ucapnya lembut.

"Ettan sama Fallan gimana? Nggak ditungguin? Jam terakhir tadi gue liat mereka bersihin perpustakaan," celetuk Reyga.

Teringat dua sahabatnya itu, Davka berdecak pelan. "Biarin aja, masih lama kayaknya. Lagian kebiasaan amat molor di kelas pas pelajaran."

"Dihukum gara-gara tidur di kelas plus telat masuk di jam terakhir tadi," jelas Reval.

Davka hanya membuang napas pelan, tak habis pikir dengan Fallan dan Ettan. Pasalnya, sudah tak terhitung berapa kali dua cowok itu mendapat hukuman di jam pulang seperti ini.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang