62. RUANG SPESIAL

203 23 0
                                    

Jangaann lupaaa votee, komen jugaa thankyouu❣️

Semogaa makin suka sama cerita inii yaaa,
Aamiin<3

HAPPY READING!

62. RUANG SPESIAL

Semua wajib dan berhak bahagia, entah itu dibahagiakan atau yang membahagiakan.

****

Anak-anak Vincenzo, termasuk Eynara dan Greta kini memijakkan kaki masing-masing di taman. Cukup ramai karena memang hari libur. Sesuai rencana kemarin, hari ini mereka akan melakukan kegiatan berbagi berupa konsumsi. Beruntung, cuaca pada sore saat ini pun sangat mendukung.

"Bagasi mobilnya biarin kebuka aja, biar gampang, Tan," kata Davka mengeraskan suara karena sedikit berjarak dengan Ettan.

"Siapp!" Ettan menyahut di tempatnya, sementara Fallan mengacungkan jempolnya.

Dirasa sudah memarkirkan motor masing-masing dengan benar, Davka berserta yang lain pun beringsut mendekati Ettan dan Fallan—menginstruksi agar berkumpul terlebih dahulu.

"Udah aman semua, kan? Terutama bagian konsumsinya?" Reyga memastikan, mengedarkan tatapannya kepada para sahabatnya yang berdiri dengan formasi melingkar.

"Jumlah kotak makanannya tadi Reval yang ngitung," ujar Raka sembari melirik Reval yang berdiri tepat di sebelahnya.

"Lengkap, Val?" tanya Davka.

Reval mengerjap dan mengangguk samar. "Aman, malah lebih satu. Kayaknya emang dilebihin gara-gara pesen banyak," jelasnya. Suara decakan pelan kemudian terdengar. "Padahal Patung juga ikutan ngitung, tapi gue yang disuruh jawab," gumam Reval.

"Biar lo nggak kesambet gara-gara banyak ngelamun," balas Raka pelan yang mendengar.

Selanjutnya, Reyga pun mewakili memimpin doa terlebih dahulu sebelum kegiatan mereka akan dimulai supaya berlangsung dengan lancar hingga akhir nanti.

"Berdoa selesai." Reyga mengakhiri.

"Mencar aja nggak apa-apa di sekitaran sini," papar Davka terakhir kalinya kepada para sahabatnya. "Semangat!"

"OKE! SEMANGAT!!" Fallan dan Ettan ikut berseru dan mendapat anggukan serta sahutan dari yang lain.

Delapan remaja akhirnya mulai berpencar dengan gerakan semangat. Davka dan Greta, mulai menenteng beberapa kantong plastik dengan area berbarengan. Tak seberapa jauh, juga ada Fallan dan Ettan yang paling berisik.

"Kalau nanti capek, bilang aja, ya, Na. Jangan dipaksa," kata Reval kepada Eynara sambil meraih kantong plastik di bagasi mobil.

Gadis itu tersenyum manis diiringi anggukan. "Kamu juga, ya, Eval."

Ketika mereka berdua hendak berjalan ke area yang sudah Reval tentukan, Reyga yang sepertinya baru saja usai memotret suasana serta kegiatan tersebut tiba-tiba memegang pundak Reval.

"Ngagetin lo!"

Tertawa pelan, Reyga meninggalkan tepukan pada pundak sahabatnya itu. Seolah-olah mengerti atas apa yang tengah Reval rasakan. "Semangat! Jangan banyak melamun, Val. Ntar Nara ilang."

Dengan cengiran tipisnya, Reval mengangguk. "Aman, nggak akan."

10 menit berlalu, ruang bagasi mobil milik Ettan mulai lapang lantaran satu persatu kotak konsumsi berkurang sangat cepat. Kondisi sekitaran taman pun perlahan bertambah sedikit ramai. Banyak ucapan terima kasih serta ungkapan bela sungkawa untuk Alm. Henny yang terdengar tulus.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang