48. DI BALIK SEMUANYA, ADA ALASANNYA

192 27 0
                                    

Jangaann lupaaa votee, komen jugaa hihiii thankyouu❣️

Semogaa makin suka sama cerita inii yaaa, Aamiin<3

HAPPY READING!

48. DI BALIK SEMUANYA, ADA ALASANNYA.

Jika obat rindu adalah bertemu, lalu bagaimana dengan kisah pilu sang perindu yang tak kunjung bertemu?”

***

Waktu berlalu begitu cepat. Seolah tidak menunggu siapapun yang berurusan dengan pahit manisnya kehidupan. Satu minggu pun telah berlalu semenjak Reval datang ke rumah sakit; berharap dapat bertemu dengan Eynara. Dan dalam satu minggu itu, setiap pulang sekolah, Reval selalu menyempatkan diri bolak-balik mengunjungi rumah gadis itu dan rumah sakit sesuai jadwal Check-up. Tetapi, seakan ada saja hal dan alasan yang tidak memperbolehkan keduanya bertemu walaupun hanya sekedar bertegur sapa.

Sore ini, dua orang remaja laki-laki yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu duduk bersebelahan di kursi besi di area taman.

"Ka," panggilnya. "Gue mau ketemu Nara pakai cara apa lagi? Diusir udah sering."

Yang ditanya itu hanya melirik sekilas. "Gue nggak tau. Lo nggak ada capeknya? Gue aja yang ikut nemenin ke rumah sakit capek."

Seketika Reval menolehkan kepalanya, dengan tatapan aneh. "Siapa suruh ikut? Lagipula lo nemenin gue ke rumah sakit baru 2 kali. Itu pun lo marah-marah. Tapi lo bilang capek?"

Benar adanya, dalam waktu satu minggu ini, dua kali juga Raka ikut mendatangi rumah sakit bersama Reval. Tidak ada paksaan, Raka sendiri yang memang mau. Seperti hari ini. Entah apa alasannya.

"Yang penting lo udah tau kabar Nara dari satpamnya," ujar Raka datar. Berniat agar Reval sedikit melonggarkan pikirannya tentang gadis tersebut. Pasalnya, tidak ada hentinya Reval terus menerus membahas Eynara.

Cowok itu pun menghembuskan napas pelan. "Gue belum lega sebelum ketemu langsung, Ka. Sebelum gue pastiin langsung."

"Gue tiap pagi mampir ke rumah Nara, termasuk tadi. Tapi kata Pak Herman Nara keluar sama Kelvan. Jadwal Nara Check-up itu satu minggu dua kali, Ka. Dan gue nggak bisa nemuin Nara di rumah sakit dalam minggu ini," lanjutnya memperjelas.

Setelah mendengarkan penuturan dari cowok di sebelahnya itu, Raka tidak menyahuti dan memilih menyandarkan kepalanya pada sisi kursi yang ia duduki. Sementara Reval mengedarkan atensinya pada sekeliling area taman itu dengan rasa rindu kepada Eynara beserta ketidaktenangan yang menguasai hatinya.

Kamu di mana, Na? batinnya.

"Sekolah lo urusin dulu, Val. Katanya mau lulus bareng-bareng," ujar Raka, lagi lalu membuka pejaman matanya. "Kalau nggak lulus, emang lo mau?"

"Ck! Doa lo parah banget, Ka!" sungut Reval. "Nggak mungkin nggak lulus. Nanti pas ujian pasti nilainya gue bagusin."

Raka hanya berdehem, malas menanggapi. Beberapa hari terakhir setiap diingatkan soal urusan sekolah, jawaban Reval selalu sama. Dan itu terdengar memuakkan di telinga Raka.

"Keadaan keluarga gue emang jauh dari kata sempurna, sebelum bunda gue balik. Tapi, sesusah itu, ya, Ka, kalau mau jatuh cinta? Banyak halangannya," papar Reval dengan sorot matanya yang memancarkan kesenduan.

"Beruntung itu bukan cuma soal keluarga atau percintaan, ada banyak. Kalau lo emang nggak dapet di dua itu, lo dapet di pertemanan, kan?" balas Raka, menegakkan tubuhnya.

Reval langsung mengangguk. "Gue tau. Gue emang beruntung soal sahabat—"

"Tapi lo nggak nganggep Vincenzo ada," potong Raka menoleh. "Buktinya, lo nggak pernah mau berbagi cerita sama yang lain."

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang