22. DERAS MENGGUYUR HATI PENDUDUKNYA

304 58 5
                                    

HALO, KABARNYA AMANN?

[JANGAN LUPA VOTE+KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA]

Perasaannya udah sampai di bagian ini??

Semoga makin sukaa sama cerita ini yaaa, Aamiin

HAPPY READING COWW<3

23. DERAS MENGGUYUR HATI PENDUDUKNYA

Hujan masih setia mengguyur kawasan ibukota  tanpa jeda. Gemuruh kecil sejak tadi kian bersahutan. Mobil Civic type-R berwarna abu-abu telah sampai di tempat tujuannya. Raka di dalam mobil memandangi sesaat rumah Reval yang tampak hampa dan sepi dari luar.

"Awas aja lo molor di dalem," gumamnya menakutkan.

Tepat di atasnya, cowok mengenakan kaos hitam terduduk diam pada kursi balkon sejak dua jam yang lalu. Reval menikmati hujan dengan tatapan kosong lurus ke depan. Percikan-percikan air hujan yang terbawa angin membuat sedikit membasahi kaos cowok itu namun ia biarkan.

"Hujannya deras, jadi inget bunda, dan ... kamu."

Reval meraih benda pipih di sebelahnya, memandanginya sekilas lalu menaruhnya kembali, dia telah melakukannya berulang kali. "Kamu ngapain, Na?" gumamnya parau. Juga tak terhitung sudah berapa kali cowok itu mengeluarkan ucapan-ucapan seolah seseorang yang di sebut ada bersamanya.

Reval mengusap wajah pucatnya sekilas kemudian terdengar helaan napas berat. Perasaannya kian diselimuti rasa khawatir. Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah baik-baik saja? Kapan sibuknya berakhir? Kapan akan bertemu dan bercerita kembali? Beberapa rentetan pertanyaan sendu yang memenuhi kepalanya, ditujukan untuk gadis berjepit pita di sana.

Ting!

Seketika tubuhnya tersentak, lantas Reval segera meraih ponsel miliknya dengan harapan gadis itu telah membalasnya.

Sedetik setelahnya, wajahnya memelas begitu membaca nama Raka lah yang tertera. Lantas cowok itu bangkit, menutup pintu balkon lalu berjalan keluar kamar.

"ANYING LO MALING?!" Mata Reval membelalak, ia terkejut di pertengahan anak tangga begitu melihat cowok ber-Hoodie hitam tampak duduk manis di ruang tamunya.

Cowok itu hanya melirik sekilas. "Maling asli juga nggak minat masuk sini," sahut Raka datar.

"Halah! Lo pegang kunci cadangan? Jangan-jangan lo tiap malem ke sini, iya, kan?!" Reval mencecar tuduhan konyol sembari berjalan mendekat ke arahnya.

Raka bangkit lalu menghela napas kasar. "Pintu rumah lo nggak di kunci, kalo yang masuk maling beneran bisa mati lo."

Reval diam sesaat kemudian menyengir. "Gue lupa tadi, lagian lo masuk nggak salam dulu." Matanya mengarah pada wadah bersusun di atas meja. "Wuih... apaan tuh?"

"Makan. Di suruh bunda gue."

"Nikmatnya punya sepupu yang perhatian," ujar Reval bernada yang membuat Raka menatapnya geli.

"Kalo bukan bunda yang nyuruh, gue ogah ke sini." Raka menyahut malas seraya berjalan menuju dapur dengan menenteng rantang makanan tersebut.

"Orang boong bakal nggak ketemu jodoh apalagi gengsian," Reval berucap pelan di belakangnya.

"Lo makan kayak kesetanan," ujar Raka yang duduk di kursi meja makan berhadapan dengan Reval, hanya terhalang meja.

"Gue laper," balas Reval fokus pada makanan di depannya. "Lo nggak makan?"

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang