haiii smuaaa, apa kabar? baik-baik selaluuu okee!!
Jangan lupaa vote+komennya, yaaa!!
Semoga kalian semua makin suka sama cerita inii, Aamiin<3
HAPPY READING!
33. RETAK
“Kini, sangat dimengerti, bahwa perbedaan bisa begitu menyakiti.”
***
Selepas pulang sekolah tadi, Reval bergegas berpamitan kepada para sahabatnya untuk langsung kembali pulang. Dan sekarang, cowok dengan rambutnya yang setengah basah akibat usai mandi itu terlihat sedang bersiap-siap di dalam kamarnya.
Stelan kaos putih dengan luaran kemeja berwarna Cream telah melekat sempurna di tubuh Reval. Dan itu adalah salah satu kemeja yang sangat Reval sukai. Namun, jarang sekali dia pakai. Alasannya, agar selalu awet. Karena kemeja tersebut adalah pemberian dari Henny dua tahun lalu, sebelum wanita itu pergi. Maka dari itu, Reval hanya akan memakainya dalam rangka atau acara yang menurutnya penting-penting saja. Contohnya, seperti sekarang.
Sore ini, Reval benar-benar memutuskan untuk mengunjungi rumah Eynara.
Kemudian, Reval menyisir rambutnya secara acak sehingga membuat ketampanan cowok itu bertambah. Sentuhan terakhir, Reval menyemprotkan sedikit parfum musk yang ia colong dari rumah Raka.
"Makin cakep gue, euy!" Reval berdecak kagum pada dirinya sendiri di depan cermin.
Tanpa berlama-lama lagi, Reval menyambar kontak motor miliknya yang tergeletak di atas meja belajar lalu beranjak pergi dari sana.
***
"MAS!"
Pak Herman melambaikan satu tangannya ke atas seolah menyapa, kemudian bergegas keluar dari pos satpam — membukakan gerbang untuk Reval yang baru saja sampai.
"Semangat banget, Pak," ujar Reval diakhiri kekehan kecil.
"Wah! Ya jelas! Mas Reval benar-benar datang ke sini lagi ternyata," balas Pak Herman. "Kirain saya, mah, belum berani."
Reval tersenyum tipis sebagai jawaban. "Kalau laki-laki memang harus selalu yakin, Pak." Kemudian, Cowok itu mengalihkan pandangannya ke arah jendela kamar Eynara untuk beberapa detik, lalu kembali menatap Pak Herman. "Surat yang saya titip udah sampai, Pak?"
Sebetulnya, Reval sudah menanyakannya sendiri kepada Eynara melalui ponsel. Tetapi, nomor gadis itu belum aktif sejak beberapa hari yang lalu.
"Aman terkendali, Mas!" jawab Pak Herman seraya mengacungkan satu jari jempol tangannya. "Mas Reval mau ketemu Tuan Egi, kan? Tuan nggak sibuk kok. Mas Reval masuk aja, nanti keburu malam. Saya doain dari sini."
Reval mengangguk sebanyak dua kali. "Siap-siap. Makasih, ya, Pak!"
Setelah mengatakan itu dan dipersilahkan masuk oleh Pak Herman, Reval bergegas menjalankan motornya dengan kecepatan pelan untuk memasuki halaman.
Reval: Bismillah, minta doanya, ya, Ka.
Raka Astral: Doa buat apaan emg? Ikut audisi lo?
Reval: Bukan, stres lo. Pokoknya doain.
Reval kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana setelah mengetikkan balasan terakhir untuk Raka. Sekarang, Reval telah berdiri tepat di depan pintu rumah Eynara dengan satu kantong plastik di tangannya yang berisikan donat.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRUGGLE
Teen FictionKetulusan diukur dengan latar belakang hidup? -𝚂𝚝𝚛𝚞𝚐𝚐𝚕𝚎 Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak remaja sederhana yang benar-benar memperjuangkan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. *** "Aku akan genggam kamu selamanya, Nara." -kalau Tu...