31. BENAR-BENAR TERJADI

253 48 2
                                    

Apaaa kabarr??? Semoga selalu baikk, yaa!!

Kalian klik bab ini, dalam cuaca apa? cerah or hujan?

Votmen-nya guyss.. makasii loppp u

Semoga makin suka sama cerita ini, ya, aamin<3

HAPPY READING!

31. BENAR-BENAR TERJADI

Seperti para murid yang lain, hari ini, Reval kembali masuk sekolah setelah seharian kemarin diperlakukan layaknya orang yang menderita sakit parah oleh Raka dan para sahabatnya. Namun di sisi lain, hatinya bersorak bahagia karena dia bisa menghabiskan banyak waktu bersama Eynara. Reval tidak akan pernah melupakannya.

Saat akan memasuki ruangan bertuliskan XII-IPA 1, raut muka Reval yang tadinya sumringah, kini tiba-tiba suram. Ia teringat bahwa yang akan mengisi jam pertama pagi ini adalah Bu Wira—wali kelas galaknya.

"WOI, VAL! Kok lo malah masuk beneran? Kan, belum sembuh." Mendengar seruan Fallan, membuat atensi di dalam kelas tersebut mengarah kepada Reval di ambang pintu. Dan detik itu juga, ia langsung melemparkan tatapan tajam ke arah Fallan yang sedang cengengesan di tempat.

"Gue cuma luka biasa, bukan sekarat!" hardik Reval ketika telah sampai pada bangkunya dan duduk.

"Yeee ... harusnya lo seneng, di khawatirin sama gue," sahut Fallan mendengus.

"Stres!"

Suasana kelas sudah mulai ramai. Menandakan, sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Reval memutar kepalanya, mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan berhenti pada bangku kosong di sebelah Fallan.

"Ketan basi mana?"

Fallan yang terlihat membuka buku kemudian menulis sesuatu itu mengangkat kedua bahunya. "Mana saya tau."

Lantas Reval beralih menoleh malas pada bangku di sebelahnya yang juga kosong. Seharusnya, dia berangkat bersama Raka hampir setiap pagi. Tetapi tidak untuk hari ini, lantaran Reval masih kesal dengan kejadian semalam. Di mana Raka menjahilinya perkara obat.

"Lo nulis apaan, dah?" Belum sempat Reval mendapat jawaban dari Fallan, dua orang cowok yang baru saja dia pertanyakan memasuki kelas, bersamaan dengan suara bel telah berbunyi.

"Woi! Lo tobat? Tumben amat pagi-pagi nggak ke kantin." serobot Ettan sembari berjalan melewati Reval menuju bangkunya. Lantas cowok itu mengerjap, benar juga apa yang dikatakan sahabatnya. Mendadak merasa menyesal, bagaimana bisa ia melewatkan satu gelas es tebu pada pagi hari di warung Pak War.

Reval memutar kepalanya ke belakang. "Lupa gue." Lalu matanya bergeser kepada Fallan. "Dia juga langsung ke kelas, tuh."

Ettan mengangkat kedua alisnya seraya melirik sekilas pada teman sebangkunya itu. "Lah, Fallanjing mah sempet ke kantin tadi. Dia balik ke kelas duluan gara-gara keinget belum ngerjain tugas Bu Wira."

Sontak Reval mendelik, kemudian spontan menjitak kepala Fallan yang tengah fokus menulis. "Lo kenapa bilang nggak tau tadi, Anying!"

Cowok berwajah polos itu cengar-cengir sambil mengangkat tangannya membentuk 'Peace'. "Gue tiba-tiba lupa ingatan tadi."

"AAMIN!!" seru Ettan.

Bersamaan dengan itu, seorang guru perempuan tua masuk, sehingga membuat seisi kelas bingung, bukan Bu Wira. Tetapi, mereka semua memilih diam dan menghadap ke depan.

"Wali kelas kalian ada rapat mendadak. Untuk matematika pagi ini, saya yang akan menggantikan!" tegas guru perempuan tersebut. Bu Tika, beliau berusia sekitar 50 an yang identik dengan lipstik berwarna merah mencolok serta wajah judesnya. Dan terkenal suka memberi hukuman membersihkan toilet untuk siswa maupun siswi yang menurutnya salah.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang