Jangaann lupaaa votee, komen jugaa thankyouu❣️
Semogaa makin suka sama cerita inii yaaa, Aamiin<3
HAPPY READING!
52. PENYEMANGAT KECIL
"Gimana, Ka? Aktif nggak nomornya?"
Pertanyaan dari Davka itu ditujukan kepada Raka yang berdiri dengan posisi bersandar pada pagar pembatas rooftop.
"Nggak," jawab Raka apa adanya.
"Gue takut terjadi apa-apa sama Reval. Ini hari ketiga dia nggak masuk sekolah," celetuk Ettan seraya menghembuskan napasnya pelan, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi di sana.
Di sebelahnya, ada Fallan yang sejak tadi mengotak-atik layar ponselnya. "Gue yakin Reval baik-baik aja. Tapi, akun game nya juga udah lama nggak online."
Reyga yang berdiri di samping Raka itu pun melemparkan batang permennya yang telah habis kepada Fallan. "Serius bentar bisa? Gue banting juga lo!"
Belakangan ini, setiap jam istirahat, 5 anak Vincenzo itu selalu mengunjungi dan menjadikan rooftop sebagai tempat untuk membahas dan berusaha menghubungi Reval yang sudah 3 hari tidak masuk sekolah.
Raka pun telah menceritakan terkait masalah yang membuat situasi Reval seperti sekarang kepada para sahabatnya.
Karena, mereka semua berhak tahu. Jika disembunyikan pun semuanya pasti akan terbongkar dengan sendirinya. Dan, Raka menghindari hal tersebut.
"Sebenarnya, kalian semua ngehargain gue nggak, sih?" Davka tiba-tiba membuka pertanyaan yang membuat para sahabatnya serentak menoleh ke arahnya dengan berbagai tatapan.
"Ini pertanyaan yang selalu ngeganggu pikiran gue. Gue yang lo anggap 'ketua' kayak nggak ada gunanya," lanjut Davka, menatap anak Vincenzo secara bergantian.
Atmosfer di sana mendadak serius, serta rasa sendu teruntuk seseorang yang mungkin saat ini sedang merasa dirinya sendiri tidak berguna bagi orang lain.
"Kenapa kita harus nggak ngehargain lo? Lo paling bisa ngerti di banding kita semua," sahut Reyga.
"Bener tuh—"
"Kalimatnya cuma buat ngehibur gue?" sela Davka, sehingga ucapan Ettan terpotong.
Menarik napasnya panjang, lalu dihembuskan, cowok itu tersenyum masam, tipis. "Kalau bener ngehargain gue, kenapa gue nggak pernah dengar keluh kesah lo semua, hah? Gue berkali-kali bilang, kalau ada masalah, libatin kita semua. Terutama gue."
"Perjanjian awal apa? Kalian semua, kan, yang nyuruh kalau harus saling berbagi cerita, apapun itu. Sekarang mana? Semuanya lo urus masing-masing. Seakan-akan gue atau adanya kita ini nggak berhak tau," papar Davka, panjang lebar.
Dari sorot matanya, terpancar kekecewaan di sana. Dalam benak Davka, terlintas kalimat tanya seperti ini, kenapa sangat sulit untuk ia bisa mendengar berisik di kepala para sahabatnya?
"Silahkan keluarin hal-hal yang nggak lo suka dari gue. Supaya gue tau itu adalah alasan kenapa lo semua saling tertutup satu sama lain."
Lantas Reyga menggeleng, kemudian berjalan mendekati Davka. "Nggak ada yang salah sama lo. Lo, bahkan kita semua adalah pendengar yang baik."
"Kalau lo bahas ini karena Reval, wajarin aja. Dia, kan, emang dari dulu susah buat cerita. Palingan ke Raka doang, tapi itu udah bagus. Nggak Reval pendem sendirian," tuturnya menjelaskan.
Ettan dan Fallan memberikan anggukan, setuju. "Nah bener! Kapan-kapan gue cerita banyak dah ke lo, Dav, sambil ngopi."
"Gue ngerasa bersalah sama diri gue. Ngerasa nggak becus, apalagi dengar kabar Reval yang kayak sekarang." Davka berujar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRUGGLE
Teen FictionKetulusan diukur dengan latar belakang hidup? -𝚂𝚝𝚛𝚞𝚐𝚐𝚕𝚎 Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak remaja sederhana yang benar-benar memperjuangkan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. *** "Aku akan genggam kamu selamanya, Nara." -kalau Tu...