HAPPY READING COWCOW KUU!!
Semoga suka sama cerita ini ya, aamiin<3
[BERIKAN VOTE + KOMEN YA SEBANYAK-BANYAKNYA GUYS")]
TAU CERITA INI DARI MANAA?
TINGGALKAN JEJAK KALIAN DI KOMEN!
*****
Tepat pukul 15.00 WIB. Hery di dalam rumah bersama Raka dan juga Widya tengah mempersiapkan keberangkatan dirinya ke Jerman sore ini. Pesawat Cirrus Airlines Embraer 770 yang akan membawa pria paruh baya itu menuju Bandara Berlin Tempelhof, Jerman.
"Reval sudah dihubungi, Nak?" tanya Hery kepada Raka.
"Udah, Yah." sahutnya sambil terus melakukan aktivitasnya. Raka sibuk melakban kardus yang berisikan barang berbahan kaca milik ayahnya agar aman saat di bagasi pesawat nanti.
Pria paruh baya itu mengangguk kemudian berbalik menuju ruang keluarga guna menghampiri Widya, istrinya yang sedang membantu dirinya menyiapkan surat-surat keberangkatan seperti paspor, visa, dan lain-lain.
"Apa sudah beres?" Hery duduk di sebelah Widya sambil melihat-lihat berkas-berkas penting yang ada di meja.
Krek!
Bunyi stepler terdengar.
"Udah semua," ujar Widya tersenyum.
Hery mengangguk, senyuman tipis pun terbit ditujukan pada istrinya.
Wanita paruh baya itu menghela napas, memiringkan duduknya menatap Hery. "Sampaikan salamku untuk dia, ya," ucapnya memelankan suara.
Lantas Hery pun menoleh, tangannya terangkat memegang bahu Widya seraya mengusapnya pelan. "Pasti. Kamu di sini harus ingat imanat dari dia dan selalu berdoa."
"Doaku akan terus mengalir demi kesembuhannya. Aku juga akan berusaha menjaga amanatnya."
"Kamu jangan khawatir, kita sudah berusaha memberi pengobatan dan terapi yang terbaik. Sisanya, pasrahkan semuanya kepada Tuhan," tutur pria paruh baya itu menenangkan.
"OM HERY!" Suara yang tak asing sontak mengangetkan mereka berdua. Sedetik setelahnya, seorang cowok muncul dari ruang tamu.
"Om Hery beneran ke Jerman?" Reval bertanya dengan sedikit napas yang ngos-ngosan karena ia terburu-buru ketika Raka meneleponnya tadi.
Pria paruh baya itu terkekeh kemudian bangkit, berjalan ke arahnya. "Iya, Val. Om kembali ke Jerman hari ini."
Raut wajah Reval seketika padam, ada setitik ketidakrelaan. Belum ada tiga bulan berjumpa, tetapi kini omnya itu harus kembali lagi ke negara orang.
"Om ada pekerjaan mendadak. Itu sebabnya menjadi mendadak begini," jelas Hery yang mengerti akan perasaan Reval saat ini.
"Berapa lama, Om?" tanya cowok itu.
"Om belum tau, tapi kalau sudah beres pasti secepatnya pulang lagi. Ketemu sama keponakan om yang satu ini." ujar Hery sambil menepuk pelan bahu Reval.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRUGGLE
Teen FictionKetulusan diukur dengan latar belakang hidup? -𝚂𝚝𝚛𝚞𝚐𝚐𝚕𝚎 Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak remaja sederhana yang benar-benar memperjuangkan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. *** "Aku akan genggam kamu selamanya, Nara." -kalau Tu...