Jangaann lupaaa votee, komen jugaa thankyouu❣️
Semogaa makin suka sama cerita inii yaaa,
Aamiin<3HAPPY READING!
54. USAHA YANG SEMAKIN JAUH
Kita ada. Jangan hilang, ya.
***
Sesuai dengan apa yang sudah direncanakan semalam. Sore ini, tepat bel pulang sekolah yang telah berbunyi sejak 10 menit lalu, 5 anak Vincenzo dan juga Greta berada di parkiran sekolah.
Davka yang meminta mereka semua berkumpul melalui pesan grub. Untuk memperbincangkan sedikit tentang Reval yang belum kunjung ada kabar.
"Nanti kumpul di markas aja. Gue mau bawa Greta balik dulu. Nanti sama-sama nyari Reval," kata Davka.
Semuanya mengangguk setuju. Tak lama, Ettan yang duduk di atas motor itu membuka suaranya dengan raut lesu.
"Di kelas tadi, Reval ditanyain sama beberapa guru. Katanya takut Reval nggak bisa ikut ujian nanti," ucapnya.
"Guru tau?" Reyga langsung bertanya, memelankan suara.
Raka berdehem yang membuat semuanya serentak menoleh ke arahnya. Laki-laki dengan tampang dinginnya itu menggeleng samar. "Nggak ada yang tau selain kita. Dan gue harap, soal Reval ini nggak bocor ke mana-mana."
"Loh bukannya justru lebih baik kalau sebagian orang ada yang tau?" sanggah Greta dari sebelah Davka. "Mungkin aja nanti ada yang mau Epal dengerin omongannya."
"Bener tuh!" Fallan menimpali.
"Semakin banyak yang tau, semakin ribet. Dan gue nggak mau kabar Reval ini sampai di telinga bokap nyokap gue," jawab Raka, lagi.
Davka yang berniat membuka mulutnya untuk menanggapi Raka menjadi terurung. Kehadiran seorang laki-laki berseragam rapi serta jas sekolah yang masih terbalut di tubuhnya itu membuat perhatian semuanya teralihkan.
"Sorry kalau gue ganggu," kata Bagas tersenyum tipis, memulai obrolan. "Ngobrolin soal apa?"
Melihat itu, Fallan bergeser sedikit kepada Ettan, membisikkan sesuatu. "Gebukin aja nggak, sih? Sokab, tuh!"
"Ck! Diem, Bangke! Lagian lo kalah kalau gelud sama Bagas!" balas Ettan, ikut berbisik seraya menyikut pelan perut sahabatnya itu.
"Santai." Davka memberi anggukan. "Soal Reval."
"Nggak ada apa-apa, nggak ada yang serius. Reval cuma nggak mau masuk sekolah selama semingguan ini. Jadi kita cari cara buat bujuk dia," tambah Reyga, meyakinkan. Agar Bagas tidak curiga dan merahasiakan apa yang terjadi sebenarnya.
"Jadi, ya, cuma itu problem -"
Bagas terkekeh pelan yang mampu menghentikan ucapan Davka. Cowok mantan anggota Geng Tiger itu menatap anak Vincenzo secara bergantian. Namun, hanya Raka yang memalingkan wajah ke arah lain, tak minat.
"Sorry sebelumnya. Gue bukan bermaksud kepo atau ngikutin lo semua. Tapi dua hari lalu gue nggak sengaja denger obrolan lo semua di rooftop tentang Reval yang sebenarnya," papar Bagas.
Sontak semuanya terkejut, menyorot Bagas dengan berbagai maksud tatapan.
"Gue nggak akan sebarin ini, tenang. Dan gue bener-bener nggak sengaja saat itu." imbuh Bagas seraya mengangkat kedua tangannya di depan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRUGGLE
Teen FictionKetulusan diukur dengan latar belakang hidup? -𝚂𝚝𝚛𝚞𝚐𝚐𝚕𝚎 Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak remaja sederhana yang benar-benar memperjuangkan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. *** "Aku akan genggam kamu selamanya, Nara." -kalau Tu...