15. TITIK AWAL

296 85 10
                                    

HAPPY READING!

[BERIKAN VOTE + KOMEN YA SEBANYAK-BANYAKNYA GUYS")]

TAU CERITA INI DARI MANAA?

TINGGALKAN JEJAK KALIAN DI KOMEN YA!

TINGGALKAN JEJAK KALIAN DI KOMEN YA!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Seorang gadis tengah berada di depan cermin, memandangi kalung cantik pemberian Reval. Eynara begitu leluasa mengamati benda yang melilit leher putihnya.

Perlahan bibir gadis itu melengkung membentuk senyuman manis seraya memainkan liontin pada kalung tersebut. Menit demi menit berlalu, Eynara pun bangkit berniat mematikan lampu kamarnya untuk segera tidur karena jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun, suara ketukan membuatnya mengurungkan niat.

Tok! Tok!

"Nara, kamu sudah tidur?" tanya wanita paruh baya dari balik pintu, Rena. Lantas gadis itu mengernyitkan dahinya. Ada apa mamanya menghampiri malam-malam begini?

"Belum, Ma," sahutnya. Eynara bergegas berjalan menuju pintu dan membuka knop yang sempat ia kunci tadi.

"Kamu sampai rumah jam berapa, Sayang?" Rena bertanya sembari melangkah masuk kemudian duduk pada pinggiran kasur di sana.

Eynara pun menyusul wanita paruh baya itu, mereka duduk berhadapan. "Jam delapan. Oh iya, tadi Reval mau mampir tapi Mama belum dateng." Eynara memberitahu dengan nada antuasias.

Rena hanya mengangguk pelan sambil mengusap lengan Eynara. Sontak Eynara bingung dibuatnya, ada apa dengan mamanya? Mengapa seperti sedang menyembunyikan sesuatu?

"Mama kenapa?" tanya Eynara berusaha tenang. Walaupun, perasaannya sedang berkecamuk saat ini, pikiran-pikiran buruk mulai memenuhi isi kepalanya.

Wanita paruh baya itu tersenyum tipis lalu menghela napas pelan. "Papa udah tau soal kamu sama Reval."

Eynara memaksa senyumnya, berharap semuanya akan baik-baik saja. "Papa nggak marah, kan?" Rena hanya diam seolah tidak mendengar pertanyaannya. "Ma." Eynara mengguncang tangan Rena.

Wanita paruh baya itu menggenggam kedua tangan Eynara, putrinya. "Sebaiknya, beberapa hari ke depan, kamu jangan menemui Reval dulu." tuturnya lembut.

Eynara tersentak mendengarnya, bahkan matanya pun mulai memanas. "Kenapa?"

"Jelasin, Ma ...." lirihnya menunduk.

"Papa melarang kamu dekat sama Reval, Nara." Rena memegang kedua bahu gadis itu yang terasa bergetar. "Papa kamu marah dan mengancam melukai Reval kalo kalian tetep bertemu."

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang