26. SIKLUS HITAM PUTIH

272 50 1
                                    

Halo gesss, selamat pagi, siang, sore, malam!!

Apa kabar? Semoga baik-baik aja, ya, bahagia selalu kalian!

VOTE+KOMEN YANG BANYAK-BANYAK!!

Semoga makin suka sama cerita ini ya, Aamiin<3

HAPPY READING, COW!

26. SIKLUS HITAM PUTIH

Hujan yang mengundang awan gelap juga sedang menyembunyikan hari yang cerah.

***

Petang, pukul 7 lebih 30 menit.

"Assalamualaikum, Pak Har!!"

Selepas menerima telfon dari Widya-Tantenya, bukannya kembali pulang, Reval memilih mampir ke taman untuk membeli es tebu langganannya. Lagipula suasana di sana pun masih ramai karena bertepatan dengan hari libur.

"Waalaikumsalam, Mas Reval." Sang bapak tua itu menyambut semangat seraya bangkit dari posisi jongkoknya.

"Biasa, ya, Pak!" ujar Reval yang langsung diangguki paham oleh Pak Har.

Tak perlu menunggu lama, minuman favoritnya telah siap. Cowok itu langsung duduk di kursi plastik kemudian menyeruput begitu nikmat sampai tersisa setengah gelas.

"Sini, Pak, duduk!" ajaknya.

Pak Har mengangguk, lalu duduk di kursi sebelah Reval yang telah dia geretkan. "Tumben Mas Reval ke sini malem?"

"Abis ngerawat perempuan cantik, lagi sakit dia, Pak. Untungnya udah sembuh," jelas Reval diakhiri tertawa kecil. Sorot matanya sejak tadi menyiratkan kebahagiaan.

Pak Har diam sejenak, "Yang pernah diajak ke sini tempo lalu itu, ya?"

"Bener! Keren, ingetannya masih mantep!" pekik Reval yang membuat Pak Har terkekeh hingga beberapa gigi ompongnya terlihat.

"Ngomong-ngomong Pak Har tahun ini umur berapa?"

"Waduh, kalau itu lupa Bapak, Mas," ujarnya lalu menggerakkan jari-jari tangan kanannya seolah sedang berhitung. "Bapak kelahiran 71."

"71?" Reval manggut-manggut, otaknya ikut menghitung di dalam kepala. "Berarti ... 52 tahun ini."

"Wealah. Nggak kerasa, Gusti," sahut Pak Har disusul helaan napas pelan. Kemudian mendongak menatap langit yang telah berwarna biru gelap.

"Istri Bapak di surga lagi nungguin Bapak, Mas," lanjutnya sendu.

Reval mengangguk tersenyum. "Istri Pak Har lagi liatin kita dari atas, dia bangga sama Pak Har yang pekerja keras." Kepalanya ikut mendongak. Ada ayah juga, batinnya.

Pak Har mengelap pelipisnya menggunakan handuk yang terlilit di lehernya. "Kadang Bapak kalau lagi diem gitu, suka keinget masa-masa sama istri, Mas."

"Kenangannya banyak, Pak?"

Penjual tua itu mengangguk. "Makanya, nanti, kalau Mas Reval udah menikah, buat kenangan sebanyak-banyaknya. Supaya apa? Supaya bisa diabadikan, itu otomatis terekam di kepala, Mas." tuturnya sambil sesekali menepuk pelan paha kiri Reval.

"-Kalau dulu, Bapak sama istri buat kenangan waktu masa-masa muda, masa-masa pacaran. Jadi, pas udah tua, bisa dilihat-lihat lagi gitu."

Reval hanya diam mendengarkan, tetapi, perkataan tersebut dia masukkan dalam ingatannya agar tidak lupa. Dan, bisa ia terapkan, suatu saat. Semoga.

Pak Har merogoh saku kanan kaosnya yang bermotif garis-garis dengan warna abu-abu dan biru. Mengeluarkan selembar kertas kecil usang berukuran 3x4. Di sana terlihat wanita tua tersenyum dengan wajah keriputnya.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang