64. MENANTI HAL INDAH

157 15 3
                                    

Jangaann lupaaa votee, komen jugaa thankyouu❣️

Semogaa makin suka sama cerita inii yaaa,
Aamiin<3

HAPPY READING!

64. MENANTI HAL INDAH

"Tidak akan ada pengganti. Akan tetap orang yang sama, sekalipun aku harus melawan lara." —Reval Rahandhika.

****

Hembusan napas lega terdengar ketika seorang cowok tampak baru saja keluar dari ruang guru. Reval Rahandhika. Sudah berlangsung selama satu minggu, akhirnya cowok itu hari ini selesai melaksanakan susulan ujian praktik yang merupakan salah satu syarat kelulusan.

Koridor sekolah mulai sepi lantaran jam pulang telah berlalu sejak sekitar 30 menit. Reval pun segera beranjak, langkah lebarnya menuju parkiran untuk kembali pulang.

"Widihhh!! Akhirnya bebannya berkurang dikit nih!"

Suara heboh dari Fallan itu menyambut Reval yang tiba di area parkir sekolah. Lantas cowok itu memasang raut wajah sumringah begitu melihat para sahabatnya yang ternyata lagi-lagi masih menunggunya. Semenjak Reval telat pulang dikarenakan harus melaksanakan ujian susulan, anak-anak Vincenzo selalu menunggunya di parkiran.

"Gampang, kan, Val?" Reyga berucap iseng dengan alisnya yang terangkat satu.

"Seenggaknya ujian praktik lo berjalan lancar," kata Davka.

Rentetan kalimat itu Reval tanggapi dengan helaan napas pelan yang diikuti senyuman tipisnya.

"Iya gampang. Gampang bagi lo, Rey," jawab Reval yang direspons kekehan oleh Reyga.

"Lancar, soalnya Raka tiap ngejelasin tentang ujian ke gue gayanya kayak preman. Serem," sambung Reval sembari melirik sepupunya itu yang tengah menatapnya datar.

"Karena lo lemot," sahut Raka enteng.

Reval hanya berdecak sebal sebagai respons sambil meraih helmnya untuk ia kenakan dengan posisi motornya yang bersebelahan dengan motor milik Raka.

"Lo nggak basket, Ka?" Reval bertanya.

"Nggak. Bosen," jawab Raka singkat yang mampu membuat cowok di sampingnya itu mengernyit sedikit terkejut.

"Nggak mungkin lo bosen basket," tepis Reval. "Palingan lo bosennya sama Om Hery yang ceramahin lo soal basket," lanjutnya memelankan suara.

Untuk itu, Raka seketika menoleh sesaat lalu menyunggingkan senyum tipisnya. Akan tetapi, tanggapan yang abstrak seperti itu dengan mudahnya Reval pahami.

"Udah mau langsung pulang semua ini? Nanti siapa yang mampir ke markas?" Pertanyaan Reyga mendominasi.

"Nanti maleman gue ke markas, sekalian sama Greta kalau dia mau," ucap Davka. Cowok itu sedang mengenakan jaket kulit hitamnya. Begitu juga yang lain, bersiap bergegas pergi dari area sekolah.

"Gue diajak Ettan ke minimarket. Nanti setelah ditraktir, gue ke markas juga," timpal Fallan dengan nada bicara bersemangat.

Tanpa basa-basi, Ettan melayangkan pukulan pada lengan sahabatnya itu. "Bukan gue yang ngajak ke minimarket. Tapi lo-nya yang maksa minta traktiran, Anying!" selorohnya.

"Tapi untung gue baik hati," imbuh Ettan.

Sebelum beranjak lebih dulu, Davka menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah dua sahabatnya itu. Pastinya dengan sorot malas.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang