37. DIA GADIS KUAT

228 36 6
                                    

Apa kabar? Jangan lupa bahagiaa!

Jangan lupa votee yeaa

Semoga kalian makin suka sama cerita ini, Aamiin<3

HAPPY READING!

37. DIA GADIS KUAT

Reval Rahandhika: "Eynara itu... terlalu istimewa untuk diceritakan secara sederhana."

***

Di dalam ruangan bernuasa putih. Kedua mata milik seseorang yang sedang terbaring lemah di atas brankar itu sayup-sayup terbuka. Eynara, gadis yang pingsan; tidak sadarkan diri sejak tadi malam. Pagi ini, kembali menyapa dunia. Menyapa dua orang yang juga berada di ruangan tersebut semalaman.

"Nara?" Wanita paruh baya dengan mata sedikit sembab itu langsung bangun dari duduknya untuk mencium kening putrinya. Rena mengucap banyak syukur. "Akhirnya kamu sadar, Sayang."

Kedua mata gadis itu memang terbuka sempurna, tetapi tatapannya masih terlihat lemah.

"Bagaimana keadaan kamu, Nara?" Kini, bergantian suara berat dari arah sofa yang menyapa telinga Eynara. Gadis itu refleks menatap mamanya. Rena memberikan anggukan kecil seolah menenangkan karena tahu ketakutan dalam diri Eynara kepada papanya masih ada.

"Masih sakit?" tanya Egi lagi, lebih lembut. Pria paruh baya itu sudah berada di sebelah kiri brankar. "Papa minta maaf, Nara."

Bibir pucat milik Eynara terukir senyuman kecil. Ternyata, papanya itu mengkhawatirkan dirinya. Dan itu sangat cukup membuatnya senang. Lalu, ia menatap sekeliling dengan bingung. Eynara tahu bahwa dirinya sedang berada di rumah sakit. Tetapi ia tidak ingat apa penyebabnya. Mata Eynara kembali terpejam karena merasa kepalanya sedikit berdenyut.

Lantas Rena langsung menggenggam satu tangan milik putrinya. "Kenapa, Sayang? Mama panggilkan dokter, ya?"

Eynara menggeleng pelan sebagai jawaban. "Nara kenapa bisa di sini, Ma? Nara mau pulang aja," ujarnya tampak gelisah dan tidak nyaman.

Pria paruh baya mengenakan jas formal itu menghembuskan napas pelan. Hati Egi terpukul karena Eynara harus kembali di rawat seperti ini. Akibat kelalaiannya.

"Nggak bisa dulu, Nara. Kondisi badan dan psikis kamu semakin menurun. Kamu harus rawat inap di sini untuk beberapa hari ke depan. Menjalani terapi bersama Dokter Andre," jelas Egi. "Dan, Papa yakin penyebab kamu-"

Rena langsung menggeleng menatap Egi, sehingga membuat ucapan pria paruh baya itu terhenti. Rena tahu bahwa suaminya itu akan membawa-bawa Reval. Dan itu akan memperkeruh suasana karena Eynara sensitif jika membahas mengenai Reval.

"Nara nggak apa-apa, kan, dirawat di sini? Nggak lama kok. Mama temenin Nara," ucap Rena kemudian seraya tersenyum.

Eynara menatap kedua orang tuanya cukup lama. Gadis itu ingin sembuh. Ia ingin terbebas dalam kondisi mental seperti ini. Secara fisik, Eynara memang lemah dan itu sudah sejak lahir. Dia tidak marah terhadap keadaan. Hanya saja, Eynara selalu merasa bahwa dirinya semakin merepotkan orang-orang di sekitarnya.

"Kenapa menangis, Nara?" tanya Rena ketika melihat kedua bola mata coklat milik Eynara berkaca-kaca.

"Nggak apa-apa, Mama," jawabnya lirih. Lantas wanita paruh baya itu membantu menghapus air mata yang mengalir di pipi putrinya.

Kemudian, arah pandang mata gadis itu beralih menatap ke arah pintu. Ia kembali teringat akan Reval. Apakah lelaki itu benar-benar akan menemuinya lagi? Atau justru mereka tidak akan bertemu lagi?

***

"BUSET, WOI!"

"Ck!"

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang