38. BERJUANG

232 29 4
                                    

Haloo, jangan lupa bahagia.

Voteee+ komennyaaa yaaa🤎

Semoga makin suka sama cerita inii, Aamiin<3

HAPPY READING!

38. BERJUANG

"Dari mana?"

Pertanyaan itu terlontar dari mulut Davka dan ditujukan kepada Reval yang baru saja memasuki markas.

"Rumah sakit," balas Reval setelah mendudukkan diri di sofa. Sontak semua yang ada di dalam ruangan tersebut terkejut, terkecuali Raka. Cowok di pojok markas itu sibuk berkutat dengan ponsel di tangannya, game.

"HAH? ASTAGHFIRULLAH!"

"Siapa sakit, anjir? Lo sakit? Sakit jiwa?"

Reyga menggusah napas kasar. "Santai aja kenapa dah kalau nanya! Ngalahin demo," ucapnya kelewat kesal kepada Fallan dan Ettan.

"Lo sakit, Val?" tanya Davka seraya memasukkan Vape-nya ke dalam saku celana.

Reval menggeleng, kemudian menidurkan kepalanya pada bantalan sofa dengan mata terpejam. "Nara sakit. Gue juga baru tau tadi sore."

Raka bereaksi. Tetapi hanya mengangkat kepalanya sekilas menatap Reval. Lalu kembali fokus pada benda pipih miliknya.

"Kita jenguk kali ya? Itung-itung silaturahmi ke bokap nyokapnya," celetuk Davka. Dan langsung mendapat persetujuan, terutama dari Fallan dan Ettan. Sedangkan Reval, cowok itu langsung menegakkan kembali tubuhnya.

"Nggak usah," sergahnya. "Nanti biar gue sampein salam kalian aja ke Nara dan bokap nyokapnya." Reval datang seorang sendiri saja sudah membuat emosi Egi menggebu-gebu. Bagaimana jika teman-temannya ikut menampakkan diri? Juga, Reval tidak ingin para sahabatnya itu tahu kalau sebenarnya mereka telah dicap buruk oleh Egi akibat Garvi.

"Yahh... penonton kecewa," keluh Fallan dengan merosotkan bahu.

"Lo mau ambil kesempatan doang, Tai!" hardik Ettan di sebelahnya.

Davka pun mengangguk, tidak memaksa.

"Tapi, papanya Nara ngeizinan lo deket sama Nara?" Reyga kembali bertanya, yang membuat Reval menatapnya serius. "Gue cuma tanya. Gue nggak mau aja kalau ternyata Garvi masih gangguin hubungan lo."

Reval terdiam untuk sesaat. Kemudian ia mengangguk pelan. "Diizinin," jawabnya penuh keyakinan. Di detik itu juga Raka langsung meliriknya dengan remeh. Cowok itu tahu bahwa Reval pasti diusir, lagi.

Davka berdehem kemudian seraya bangkit dari duduknya. "Udah ayo buru ke tempat balapan," ajaknya.

"Lah, mau balapan, Dav?" tanya Reval bingung. Davka dan yang lain memang sudah merencanakan ini sejak sebelum cowok itu datang tadi.

"Nggak. Sekarang gengnya Garvi yang ikut balapan. Nggak tau lawan siapa. Nonton aja," jelas Davka.

Tentu, Reval mengangguk semangat. Karena di sana ramai. Sesekali ia manfaatkan untuk mengisi kekosongan dan kesepiannya.

"GASS!!"

Keenam anak Vincenzo itu pun keluar dari markas. Walaupun besoknya harus bersekolah, pergi ke arena balapan suatu rutinitas untuk mereka sejak SMP.

***

Selepas pulang sekolah tadi, Reval mengajak Raka pergi ke salah satu toko di dalam pasar untuk menemaninya membeli sebuah jam weker yang berbentuk awan. Kini, dua remaja itu telah berada di dalam kamar milik Reval.

"Lo nggak mau mandi juga, Ka?" tanya Reval seraya menggusak rambutnya menggunakan handuk. Raka dari sofa hanya menatapnya sekilas lalu kembali bermain ponsel.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang