41. KEMBALI MERINDU

223 30 0
                                    

Jangaann lupaaa votee, komen jugaa hihiii thankyouu❣️

Semogaa makin suka sama cerita inii yaaa, Aamiin<3

HAPPY READING!

41. KEMBALI MERINDU

Mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Reval memukul aspal dengan sangat keras. Sampai punggung tangannya itu mengeluarkan darah.

"Bangsat! Mana ada seorang ibu tega ninggalin anaknya kayak gini!" bentaknya, menundukkan kepala dalam.

"Tapi, bunda gue bukan buronan," imbuhnya dengan lirih.

Tiba-tiba saja ....

"Bangun lo."

Mendengar suara berat yang disusul dengan uluran tangan di depan wajahnya itu membuat Reval perlahan mendongakkan kepala. Di detik yang sama, Reval pun langsung membuang wajah ke arah lain ketika tahu siapa seseorang tersebut.

Dia, Bagas.

"Kalau lo lumpuh, gue bantu berdiri. Lo ngalangin jalan gue," ucap laki-laki itu, lagi.

Reval tak menjawab sepatah kata apapun, kemudian memilih berdiri dengan sendirinya. Lantas Bagas tersenyum tipis seraya menurunkan tangannya yang diabaikan begitu saja.

"Gue nggak sengaja ngeliat kejadian tadi. Tenang aja, nggak banyak," kata Bagas setelah ikut mendudukkan diri di gerdu.

Reval yang juga duduk berjarak tak terlalu jauh itu hanya menoleh sekilas dengan sorot muak. "Lo bisa pergi."

Seakan tidak mengerti bahwa dirinya telah diusir. Bagas terkekeh ringan. "Tentang kejadian barusan bisa disebut perjodohan, itu belum tentu pasti. Lo bisa telusuri dulu."

"Nggak perlu ikut campur," tepis Reval.

Niatnya yang ingin sedikit meringankan beban pikiran Reval. Justru sama sekali tidak ditanggapi dengan baik oleh cowok tersebut. Reval menganggap omongan Bagas hanyalah angin lewat, bermotif sok peduli.

"Lo boleh benci sama gue. Tapi, satu hal yang perlu lo tau, gue nggak pernah ikut-ikutan buat ngerusak kebahagiaan lo sama Nara. Terserah percaya atau nggak."

Reval berdecih, tanpa mau menoleh sedikitpun. "Lo ada di dalamnya. Dan, nggak ada bedanya. Nggak usah bermuka dua, kasihan geng lo."

Mendengar itu, Bagas hanya mengangguk. Kemudian bangkit dari duduknya. Dia membantu mengambilkan helm milik Reval yang tergeletak di trotoar dan menaruhnya di sebelah pemiliknya.

"Obatin luka lo. Ada orang yang sedih kalau ngeliat itu."

Ucapan itu, membuat Reval menatap Bagas. Namun, laki-laki tersebut segera berjalan menuju motornya, lalu melesat pergi dari sana.

Di hari yang mulai berganti malam itu, pikiran Reval justru berkelana tentang perkataan Bagas barusan. Tetapi pada akhirnya, Reval membuangnya jauh-jauh dan tidak peduli.

***

"Kamu benar-benar di luar yang Papa kira, Nara!" tegas Egi ketika baru saja sampai dan memasuki rumahnya itu.

Eynara terus menangis di dalam tundukan kepalanya. Rasanya benar-benar menyesakkan ketika teringat tentang kejadian barusan. Sekarang, bagaimana keadaan Reval di sana?

"Kenapa kamu membiarkan Nara bertemu dengan laki-laki tidak jelas itu?!" bentak Egi kepada Rena yang berdiri di sebelah Eynara. Wanita paruh baya itu tak berani membuka suara, hanya bisa menenangkan putrinya.

"Mama nggak salah, Pa," lirih Eynara pelan, dengan suaranya yang bergetar.

Egi melangkahkan kakinya lalu mendudukkan diri di sofa. Dari wajahnya, sangat terlihat kemarahan yang tertahan. Ditatapnya putri satu-satunya itu begitu lekat.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang