53. PENGORBANAN

209 26 0
                                    

Jangaann lupaaa votee, komen jugaa thankyouu❣️

Semogaa makin suka sama cerita inii yaaa,
Aamiin<3

[Part inii lebih panjang dibanding biasanya. Jangan di skipp-skipp yeaa]

HAPPY READING!

53. PENGORBANAN

Bertemu atau tidak, kamu adalah ingat yang tidak ingin aku lupakan.
Untuk: Eynara, gadis yang senyumnya manis.

***

Waktu terasa begitu lambat bagi yang menunggu, juga begitu lama bagi yang bersedih, dan berlalu begitu cepat bagi sang pemilik bahagia.

Namun, kabarnya, sampai saat ini belum ada pemilik kebahagiaan itu.

Eynara. Dia gadis yang selalu berusaha terlihat baik-baik saja di depan kedua orangtuanya, bahkan kerap kali memilih untuk menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.

Tepat 1 minggu. Eynara tidak pernah mendengar kabar dari Pak Hary; satpamnya bahwa Reval datang ke rumahnya. Eynara sendiri yang meminta kepada Pak Hary agar selalu memberitahu apakah Reval mengunjunginya atau tidak. 

"Kamu ke mana, Eval?" monolognya pelan dengan suara lembutnya yang menjadi serak. Kedua tangannya menggenggam secarik kertas yang begitu istimewa untuknya.

Surat. Pemberian paling manis dari seorang cowok baik beberapa waktu lalu. Reval Rahandhika.

Pasti baik-baik aja. Jangan sedih, oke.

Kira-kira itulah sebagian kalimat yang tertera dalam salah satu surat dan sedang Eynara pandangi sekarang, sering. Kalimat seperti itu, bukan hanya melalui tulisan surat. Tetapi, Reval juga sempat mengucapkan secara langsung kepada Eynara.

Selain harus menahan sendiri jika penyakit anemianya kambuh, Eynara juga harus menampung rasa khawatir yang begitu hebat kepada Reval. Seringkali gadis itu juga menyalahi diri sendiri mengenai perkataan tega yang Reval terima darinya.

"Nara." Suara pelan menyebut namanya dari balik pintu itu membuat Eynara mengerjap.

Belum sempat bangkit, pintu kamarnya sudah lebih dulu terbuka. Lantas gadis itu menolehkan kepalanya seraya tersenyum tipis kepada Rena, mamanya. Seolah mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saja. Sementara wanita paruh baya itu, berjalan mendekat dengan raut cemas.

"Nara nggak apa-apa?" tanya Rena seraya membelai lembut rambut putrinya itu dalam posisi berdiri. "Mama perhatikan, akhir-akhir ini Nara jarang bicara. Kenapa?"

"Nggak apa-apa, Ma," jawab Eynara seadanya, mendongakkan sedikit kepalanya untuk menatap sang ibu.

"Kenapa Nara tadi malam tidurnya larut?" Rena kembali melemparkan pertanyaan yang mampu membuat gadis tersebut terkesiap.

"Mama tau karena tadi malam pintu kamar Nara terbuka. Jadi, Mama intip," lanjutnya, memberi tahu, sebelum Eynara akan bertanya.

Kedua bola mata Eynara melihat ke arah lain sekilas. Tadi malam, gadis itu lagi-lagi susah tidur. Dan memilih untuk memandang langit malam di balkonnya. Mungkin di saat itu mamanya mendatangi kamarnya, namun ia tidak menyadari.

"Nara cuma lihat langit, Ma. Soalnya tadi malam banyak bintang," balasnya, mengelak.

Menghembuskan napas pelan, Rena meraih tangan kanan Eynara dengan sayang. "Kalau ada apa-apa Nara harus cerita ke Mama atau papa, ya. Jangan dibiasakan dipendam sendiri."

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang