20. SUASANA TAMPAK BERKABUT

281 63 11
                                    

HAPPY READING COWCOW KUU!!

Semoga suka sama cerita ini ya, aamiin<3

[BERIKAN VOTE + KOMEN YA SEBANYAK-BANYAKNYA GUYS")]

TAU CERITA INI DARI MANAA?

TINGGALKAN JEJAK KALIAN DI KOMEN!

*****

Bernauer Strasse, Berlin; Jerman.

Brak!

Pria berpakaian jas hitam formal menggebrak meja dengan sangat keras. Mata Egi menajam mengamati sebuah gambar pada ponsel digenggamannya. Di sana terlihat foto Reval yang sedang memeluk Eynara di depan pintu rumahnya, Indonesia.

"Kenapa anak ini tidak dicelakai saja, Max?!" bentak Egi lantang. Asisten pribadinya itu hanya diam menunduk, ia mendapat kiriman foto tersebut dari dua orang suruhan yang ditugaskan mengawasi Reval dan Eynara.

"Tuan bilang hanya untuk mengawasi saja. Jadi, mereka berdua tidak berpikiran untuk menyakiti anak itu," jelas Max apa adanya.

Egi menaruh kasar ponsel milik Max di meja, lalu berjalan ke arah kaca besar menatap gedung-gedung tinggi. "Ternyata laki-laki itu cukup berani, diancam tidak membuatnya takut."

"Mungkin dia belum tahu kalau Tuan tidak menyetujui kedekatannya dengan Non Nara," ujar Max.

"Sepertinya begitu." Egi berbalik menatap asisten di belakangnya. "Suruh dua orang itu melakukan semaunya pada Reval sampai menunggu aku kembali ke Indonesia."

"–Dia sudah berani menyentuh putriku, Max! Tidak mungkin aku merelakan Nara untuk laki-laki dari anak buronan itu!" lanjutnya dengan rahang yang kembali mengeras.

"Aku akan sampaikan suruhanmu, Tuan." Max berucap dengan sedikit menundukkan badan sekaligus bergidik ngeri melihat kemarahan tuannya.

Egi mengangguk. "Kamu bisa keluar."

"Baik, Tuan."

*****

Wanita paruh baya berpakaian ala rumahan tampak sedang berjalan tergesa menuju dapur dengan raut wajah kalut.

"Bi Mina," Suara dari ambang pintu dapur menyapa gendang telinganya. Lantas Bi Mina mematikan keran cuci piring lalu menoleh.

"Ada apa, Nyonya?"

Rena melangkah lebih dekat. "Nara dari pagi nggak keluar kamar?"

Wanita tua itu terdiam sesaat seolah mencoba mengingat. "Belum. Tadi pagi saya cuman anter susu, disuruh makan juga nggak mau," jelas Bi Mina. "Kenapa toh?"

Rena menggeleng pelan. "Beberapa hari ini dia banyak diam, Bi. Saya khawatir takut mentalnya kenapa-napa lagi."

Bi Mina mengusap lembut lengan majikannya itu. "Nyonya jangan khawatir, saya yakin Non Nara lebih kuat sekarang."

Rena mengangguk tersenyum kaku. "Saya mau tengokin dia dulu."

"Iya, Nyonya," balas wanita tua itu lalu melanjutkan kembali aktivitasnya. Walaupun, Bi Mina juga menyimpan rasa khawatir kepada Eynara, anak perempuan yang telah ia rawat dari kecil.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang