29. JANJINYA KEPADA SEMESTA

285 50 2
                                    

Apa kabar?? Semoga selalu baik-baik aja, yaa, gesss!

Jangan skip skipp bacanya:(

Vote+komennya jangan lupaaa, itu semangat buat akuu🥺

Kritik dan saran boleh kokk

Semoga makin suka sama cerita ini, aamin<3

Happy Reading!!

29. JANJINYA KEPADA SEMESTA

Apapun yang terjadi nantinya, jangan pernah ragu. Aku maupun kamu, tidak akan ada yang merasakan 'sendirian'.

***

Eynara Aurellya: Ini udah pesan yg ke puluhan kali, aku khawatir. Kamu ke mana?

Pesan berstatus ceklis 1 itu sudah terkirim sejak 15 menit yang lalu, Eynara pun masih setia mengamati benda pipih di depannya dengan jari-jemari tangan kanannya ia ketuk-ketukkan pada meja belajar. Gelisah. Entah kenapa kepalanya tidak bisa berpikir positif, seolah memang dipaksa untuk menaruh rasa khawatir kepada Reval. Bahkan, penyakitnya sempat kambuh sehingga membuatnya susah tidur semalaman.

Eynara menghembuskan napas tak karuan sebelum akhirnya mematikan ponselnya. Lantas gadis itu bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke arah pintu balkon.

Pos satpam di bawah sana kosong.

Tetapi wajar, karena waktu memang masih menunjukkan pukul 6 pagi, sedangkan jam kerja Pak Herman dimulai pukul 8 pagi. Eynara memandang kosong ke arah luar seraya berpikir keras. Satu menit setelahnya, gadis itu teringat sesuatu yang membuatnya langsung kembali untuk meraih ponsel miliknya.

Seketika raut wajah Eynara berubah antusias saat menemukan salah satu nomor anggota Vincenzo yang sempat Reval berikan sendiri kepadanya beberapa minggu lalu, entah untuk apa. Tanpa pikir panjang, Eynara segera menghubungi nomor tersebut. Panggilan pertama tak ada jawaban. Mencoba yang kedua kalinya, kali ini terhubung.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya, sebelum membuka suara. "H—Halo? Maaf ganggu pagi-pagi. Aku mau tanya, Reval ke mana, ya? Dari kemarin sore nomor dia nggak aktif."

"Eh iya, aku Eynara," lanjutnya tidak enak ketika tak kunjung mendengar sahutan.

"Ohh."

Lantas dahi Eynara mengernyit, hanya mendapat jawaban seperti itu? Tidak mungkin Ettan dan Fallan, karena kalau mereka berdua pasti heboh.

"Gue Raka. Reval di rumahnya," sambung cowok di seberang sana begitu datar yang membuat Eynara terkesiap sesaat. Ternyata yang ia hubungi saat ini adalah manusia yang disebut patung oleh Reval.

"Ooh... Raka. Aku boleh minta antar ke rumah dia? Mau mastiin keadaannya, nomornya nggak aktif." jelas Eynara sambil meremat ujung kaos putihnya.

"Nggak. Gue mau sekolah," tolak Raka setelah beberapa detik sempat diam.

"Aku minta tolong banget, Pak Herman belum dateng, jadinya nggak ada yang nganterin," serbu gadis itu penuh harap.

Di tempat Raka menerima telepon dari Eynara, cowok itu bingung harus bagaimana.

"Aku khawatir sama Reval, atau kamu kasih tau dia kenapa," sambung Eynara parau.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang