02 - THE FIRST DAY AT THE NEW SCHOOL

40.1K 1.7K 14
                                    

02 – THE FIRST DAY AT THE NEW SCHOOL

“NILAI-NILAIMU dari sekolah lama semuanya bagus. Memenuhi standar WL High School.”  

Wanita paruh baya berkacamata itu membuat lamunan Vannesya yang sedang melihat-lihat ruangan ini teralihkan. Rambutnya yang sebagian memutih disanggul dengan rapi—menandakan wibawanya sebagai kepala sekolah. Dia menatap Vannesya tajam, mencoba menilai penampilannya yang cukup berani. Salah satunya dengan memakai rok di atas paha.

“Jadi—apa yang membuatmu pindah ke sini?”

“Ikut keluarga,” jawab Vannesya dengan tenang. Tidak terpengaruh dengan tilikan tajam kepala sekolah.

“Orangtuamu pindah ke New York?”

“Ya.”

“Bekerja untuk negara? Atau?”

“Apa itu penting untuk ditanyakan?”

Kepala sekolah membuang napas pelan. “Cukup penting. Karena kebanyakan murid pindahan dari luar negeri sepertimu selalu berhubungan dengan kasus kekerasan.”

Vannesya mengangguk ringan. “Anda mungkin pernah mendengar McDell Company?”

“Ya, salah satu perusahaan manufaktur di Amerika. Perusahaan turun-temurun, yang sekarang dijalankan oleh Catalina Morris dan suaminya. Memangnya kenapa?”

“Kebetulan saya adalah cucu mereka.” Vannesya tersenyum manis, melihat perubahan wajah kepala sekolah. Yang sebelumnya menajam, berangsur melembut. Di mana-mana latar belakang seseorang mempengaruhi cara pandang manusia.

Well … kali ini—untuk pertama kalinya—Vannesya merasa bangga dengan neneknya yang mempunyai power kuat di bidang bisnis Amerika. Hal yang bisa membuatnya bebas dari pertanyaan gaham kepala sekolah. Karena tidak mungkin baginya mengatakan kejujuran, dipindahkan ke sini gara-gara kasus kekerasan. Yang sialnya, ia dituduh sudah mencelakai Mawar—mendorongnya dari tangga sampai membuat gadis gila itu cedera.

“Apa itu cukup membuat saya segera mendapatkan kelas, Kepala Sekolah?”

“Tentu saja.” Seakan tersadar, kepala sekolah menekan bel yang ada di atas meja. Tidak lama seorang wanita berusia diawal tiga puluh masuk. Nampaknya sekolah ini mempunyai sekretaris untuk membantu kepala sekolah. Entah apa penyebutannya, wanita yang baru saja masuk ini seperti asisten pribadi kepala sekolah.

“Tolong panggilkan Miss Sarah.”

Tidak lama wanita pertengahan tiga puluhan, memakai pakaian formal berupa jas hitam yang membalut kemeja putihnya, serta rok hitam di bawah paha, masuk setelah dipanggil.

“Vannesya, ini adalah Miss Sarah. Dia yang akan menjadi wali kelasmu. Miss, tolong antar Vannesya ke kelas.”

Mengangguk sopan pada kepala sekolah, Miss Sarah mengajak Vannesya menuju ruangan yang akan ditempatinya selama kelas sebelas SHS.

Sepanjang ia berjalan, koridor terlihat sepi, mungkin karena waktu istirahat masih lama. Di Indonesia, Vannesya bersekolah di SMA swasta terbaik dan terbesar di Jakarta, dan sekarang sepertinya ia masuk ke sekolah swasta terbaik dan terbesar di New York. Dilihat dari bangunan sekolah yang megah, fasilitas lengkap, serta pertanyaan yang menjurus pada hal-hal pribadi yang ditanyakan kepala sekolah padanya tadi.

ENVELOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang