04 – ALL ABOUT AVES
“KAMU KENAPA, Sya?” Emma merasa ada yang aneh. Vannesya terlihat suram. Beberapa kali teman barunya ini mengembuskan napas berat, lalu mendesah panjang. Seperti ada hal besar yang ia pikirkan.
Vannesya menatap Emma. Dia sedang sibuk dengan laptop, katanya ada tugas dari publishing yang harus dikerjakan, entah apa itu Vannesya juga tidak bertanya lebih jauh. Hal yang membuat ia belum menceritakan soal pertemuannya tadi dengan semua anggota AVES.
Vannesya memperhatikan keadaan sekitar yang sunyi, sebelum menjawab. Saat ini mereka masih ada di perpustakaan. “Gue ketemu sama semua anggota AVES tadi.”
Jawaban yang membuat Emma berhenti mengetik. Kini Emma menatap penuh kepadanya. “Di mana?” Emma kelihatan kaget.
“Di sini.”
“Kok, bisa?”
Menghembuskan napas panjang, Vannesya mulai menceritakan tentang pertemuannya tadi dengan semua anggota AVES. Mulai dari ia yang tidak sengaja ditegur oleh Dylan di depan rak novel, digoda Steven dan Leon, sampai akhirnya Nicholas dan Jake datang menyusul ketiga temannya yang lain.
“Menurut lo—gue bakal kena hukuman dari AVES nggak, sih?”
Emma melihat wajah Vannesya yang pias. Dia sebenarnya yakin, Vannesya bukan tipe orang yang mudah takut dengan seseorang. Mendengar jawabannya tentang penolakan pada Steven saja sudah bisa membuktikan, kalau Vannesya adalah wanita yang tangguh karena berani menolak AVES. Padahal Emma sudah menceritakan mengenai AVES dengan segala kekuasaannya di sekolah ini.
Hanya saja, Vannesya ingin hidup tenang selama ia tinggal di New York, dan tidak ingin menimbulkan masalah, agar ayahnya tidak punya alasan lagi untuk mengusirnya dari Indonesia. Setidaknya itu yang Vannesya ceritakan pada Emma tadi.
“Aku juga nggak tau, Sya.” Tiba-tiba Emma menutup laptopnya. Vannesya bisa melihat, Emma adalah tipe teman yang setia dan pendengar yang baik. Tidak salah ia memutuskan untuk berteman dengan Emma. “Tapi kalau sampai siswi lain di sekolah ini tau kamu udah nolak Steven jadi pacarnya, pasti kamu akan dikatain bodoh sama mereka.”
“Hah! Bodoh karena udah nolak dia? Mereka aja yang gatal, kalau sampe mau pacaran dengan cowok nggak sopan itu.”
“Ya, gimana lagi, mereka sekumpulan orang ganteng dan kaya raya. Bahkan ada banyak wanita yang rela melempar diri mereka sendiri demi bisa berpacaran dengan anggota AVES.”
“Dan gue tebak—pasti si AVES itu dengan senang hati menerimanya, kan?”
Emma hanya tersenyum. “Kalau itu aku nggak tau.”
“Gimana, dong, Em? Gimana kalau mereka sampai kirim gue ENVELOVE?” Vannesya menjatuhkan kepalanya ke atas meja, menatap Emma nelangsa. “Kenapa jadi orang baik dan pendiam itu susah banget, sih, Em? Kenapa coba gue harus berdebat dulu dengan Steven? Kenapa gue nggak langsung kabur aja pas tadi ketemu Dylan?”
Helaan napas panjang keluar lagi dari mulutnya. “Harus ngomong apa gue ke bokap, kalau gue minta pindah? Baru aja sehari sekolah di sini.” Emma menepuk-nepuk pelan kepala teman barunya ini. Vannesya kembali duduk tegap. “Ajarin gue jadi orang baik dan pendiam, dong, Em….”
Emma tersenyum samar. “Kamu orang baik, kok, Sya. Kenapa harus diajarin?”
“Oh, thanks, Em. Lo orang pertama yang bilang kalau gue baik.” Jawaban yang menurut Emma setengah hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVELOVE [COMPLETE]
Teen FictionKarena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa perubahan yang signifikan. Menjadi anak sekolahan yang baik dan tidak peduli dengan kehidupan New Yo...