62 – TIME OUT
“Hari ini Mommy ingin bertemu denganmu. Sore nanti aku akan mengirim sopir untuk menjemputmu, karena masih ada yang harus aku kerjakan dengan anggota AVES yang lain, aku tidak bisa menjemputmu. Apa kau bisa?”
KARENA KASUS narkoba yang menimpanya selama beberapa hari ini, Vannesya belum sempat bertemu dengan Carrolyn. Ayahnya yang menyita semua fasilitasnya termasuk ponsel, membuat Vannesya selama lebih dari satu minggu ini sama sekali tidak berhubungan dengan ibu Nicholas.
Nicholas hanya mengatakan, jika selama itu dia berusaha agar ibunya tidak datang ke kediamannya. Bahkan sampai memberikan alasan jika Juliet sedang sakit. Dan di minggu sore ini, Carrolyn ingin bertemu dengan Vannesya di rumah wanita itu. Tentu saja Vannesya memenuhi permintaan Carrolyn untuk bertemu dengannya.
Setelah membalas pesan Nicholas jika ia bisa datang ke kediaman Willson, sore ini Vannesya telah rapi dengan setelan dress selutut berwarna biru lembut. Rambut panjangnya yang biasa ia ikat ponytail, ketika bertemu dengan Carrolyn selalu ia gerai dengan tambahan bandana atau jepitan berbentuk bunga. Dan hari ini Vannesya lebih memilih untuk memakai jepitan rambut berbentuk bunga sebagai pemanis untuk rambutnya.
Juliet adalah wanita yang anggun dan berpenampilan manis. Dan selama Vannesya memerankan diri menjadi wanita itu di depan ibu Nicholas, Vannesya mulai terbiasa dengan tampilannya saat ini.
Vannesya tidak lagi menganggap dirinya adalah bayangan Juliet dengan berpenampilan seperti sekarang. Vannesya justru merasa penampilannya sekarang lebih mirip dengan Valetta ketika kakaknya itu masih SMA. Ya, dulu Valetta sebelum dia menjadi model, cara berpakaian kakaknya itu juga mirip dengan Juliet, feminim. Tapi ketika Valetta mulai masuk ke dunia permodelan, kakaknya yang sekarang telah berusia dua puluh empat tahun ini lebih suka berpakaian seksi dan dewasa.
Vannesya segera turun ke lantai satu setelah pelayan datang dan memberitahukan kepadanya jika di depan sopir suruhan Nicholas telah menunggunya.
Akan tetapi, sepertinya sore ini suasana hati Vannesya yang telah membaik setelah kasus mengenai narkobanya benar-benar selesai, dan Claudia yang merupakan dalang dari semua masalahnya ini masuk penjara, harus sedikit terganggu karena kedatangan Feyya—sepupunya yang selalu menatap sinis ia dan Valetta.
“Well … sepertinya ada yang sangat bahagia sore ini.”
Vannesya memandang Feyya dengan malas. Mendengar ada nada sindiran di setiap kata Feyya. Menaikkan sebelah alisnya ketika sepupunya ini berjalan lebih dekat ke arahnya. Vannesya berani taruhan, jika sepupunya dari pihak ayahnya ini memang sengaja menunggunya dari tadi.
Memilih untuk diam, Vannesya menunggu apa yang akan dikatakan oleh Feyya. Karena melihat wanita itu yang tidak beranjak meskipun Vannesya dengan gaya tersirat melirik jam dan mengatakan jika ia harus buru-buru, Feyya tetap bergeming di depannya sembari bersedakap dada.
“Ada yang ingin kau katakan kepadaku, Sepupu? Karena aku tidak punya banyak waktu untuk meladenimu.” Vannesya bertanya dengan nada malas. Setelah ia memberi waktu kepada Feyya, namun sepupunya ini yang hanya diam sembari melihatnya dari atas sampai ke bawah, seolah-olah sedang menilai penampilannya, membuat Vannesya mulai jengah.
Bukannya menjawab pertanyaan Vannesya, wanita itu malah tertawa pelan. Tawa pelan Feyya kedengaran seperti dia sedang mengejek Vannesya. Entah apa yang ditertawakan oleh wanita ini.
“Sorry kalau aku tertawa.” Feyya berdeham ringan, meredakan tawa gelinya yang tak kunjung selesai. “Aku hanya lucu melihat penampilanmu.” Tidak membiarkan Vannesya menyela, Feyya kembali melanjutkan kalimatnya. “Ah, bukan—lebih tepatnya, aku merasa kasihan denganmu. Apa kau sadar, Sepupuku? Jika kau terlihat seperti bayangan seseorang?” Feyya tersenyum miring, melihat raut wajah Vannesya yang mulai masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVELOVE [COMPLETE]
Teen FictionKarena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa perubahan yang signifikan. Menjadi anak sekolahan yang baik dan tidak peduli dengan kehidupan New Yo...