14 – BE CAREFUL, BABY
PERJALANAN MENUJU rumah Juliet membutuhkan waktu yang cukup lama, mereka telah menghabiskan sekitar satu jam untuk sampai ke sana. Setelah jauh dari pusat kota, mobil Nicholas memasuki kawasan perbukitan. Vannesya melihat jalanan di sekitar, gedung-gedung tinggi berganti menjadi perkebunan, kalau di Indonesia ini ibaratnya daerah puncak. Pemandangannya terlihat asri.
Tidak lama mobil Nicholas berhenti di halaman depan rumah dua tingkat bercat putih. Rumah berpagar kayu itu terletak agak jauh dari rumah-rumah yang lain, di sekitar sini hanya ada rumah ini saja. Di halaman depan tumbuh satu pohon yang cukup rindang. Tepat di mana Vannesya dan Nicholas berdiri sekarang ada jalan berdiameter sekitar seratus centimeter, dibuat menggunakan semen cor, di mana jalan itu dibentuk menyerupai garis-garis miring. Tepat di antara celah garis-garis tersebut ditumbuhi rumput rawat. Ada cukup banyak tanaman di halaman depan, bahkan di sebagian rumah juga ditumbuhi tanaman rambat yang menempel langsung di dinding.
Jika Vannesya membandingkan, rumah Juliet memang tidak sebesar rumahnya di Indonesia, akan tetapi pengaturan garden atau taman di rumah ini sangat indah.
Vannesya mengikuti Nicholas. Sesampainya di teras depan ada pelayan wanita berseragam yang langsung membukakan pintu. “Selamat datang, Tuan Muda.”
Nicholas hanya mengangguk singkat, kemudian masuk ketika pelayan membuka pintu lebih lebar.
Berbeda dari halaman depan yang bernuansa garden, arsitektur di dalam rumah Juliet kebanyakan menggunakan tema vintage. Kalau seperti ini, Vennesya menjadi bingung menebak kesukaan Juliet. Jika tadi ia menebak Juliet sama seperti neneknya yang menyukai tanaman dan bunga, maka setelah ia melihat isi di dalam rumah Juliet, Vanneysa jadi berpikiran yang lain.
Mulai dari ruang tamu terdapat beberapa lukisan. Vannesya memang tidak tertarik mengenai lukisan, tapi ia tahu lukisan yang ada di dinding rumah ini merupakan karya dari beberapa pelukis terkenal. Karena kakeknya penyuka lukisan, Vannesya mengenali beberapa tanda yang dibuat oleh pelukis di setiap karya yang ada di dinding rumah Juliet sama dengan lukisan di kediaman kakeknya.
Tidak ada guci-guci mahal yang berisi bunga hias, yang ada hanya ornament-ornament yang terbuat dari kayu yang diukir rumit.
Ada satu ornament yang menarik perhatian Vannesya, ornament yang sama—yang terbuat dari kayu—terletak di atas meja sudut ruangan. Ornament itu berbentuk burung pegasus, yang menarik perhatian Vannesya adalah mahkota kecil yang menghiasi kepala pegasus tersebut. Vannesya baru pertama kali melihat ada ornament burung pegasus dengan mahkota seperti itu. Sangat cantik.
“Tuan Muda, ingin minum apa?”
Nicholas tidak langsung menjawab pertanyaan pelayan, melainkan melihat ke arah Vannesya yang masih memfokuskan pandangan pada ornament burung pegasus. “Kau ingin minum apa?”
Vannesya tersadar, kemudian menelengkan kepala. “Tidak. Aku tidak ingin minum apa-apa.”
“Nanti saja,” ujar Nicholas pada pelayan. Pelayan itu kemudian meninggalkan mereka di ruang tamu.
“Ayo.”Vannesya mengikuti Nicholas menuju ruang tengah. Berbeda dari ruang tamu yang dindingnya terdapat banyak lukisan, ruang tengah ada banyak foto Juliet. Vannesya melihat foto-foto Juliet yang dekat dengannya berdiri. Dari foto-foto ini ia bisa menebak, Juliet adalah wanita yang sangat feminim dan anggun. Dia banyak menggunakan gaun di setiap fotonya. Selain itu ada satu foto berukuran besar, foto Juliet di atas panggung ketika sedang menari. Dia terlihat begitu cantik di foto itu. Dari foto ini saja Vannesya bisa melihat dan merasakan gerakan menari Juliet Velovy yang lembut, anggun dan ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVELOVE [COMPLETE]
Teen FictionKarena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa perubahan yang signifikan. Menjadi anak sekolahan yang baik dan tidak peduli dengan kehidupan New Yo...