48 – YOU ONLY MY LIFE
Sebuah status, tidak bisa menjamin dalamnya perasaan.
***
“SYA, KAKAK boleh masuk?”
Valetta mengetuk pintu kamar adiknya. Ayah dan ibunya sudah pulang. Meskipun Valetta berusaha bicara dengan Edward, ayahnya tetap tidak mau merubah keputusannya. Edward adalah orang yang sangat keras dengan perkataannya. Tidak mudah bagi orang lain untuk bisa merubah keputusan Edward Morris.“Masuk aja.”
Suara serak Vannesya yang menjawab dari dalam membuat Valetta menahan napas. Dia membuka pintu kamar adiknya yang ternyata tidak dikunci. Keadaan kamar Vannesya agak gelap, hanya ada lampu tidur yang adiknya nyalakan, juga tirai jendela yang sengaja dibuka.
Valetta melihat adiknya duduk di atas lantai, dengan tubuh yang bersandar lemah di tempat tidur. Valetta menghampiri adiknya, ikut duduk di samping Vannesya. Dia ingin menanyakan keadaan Vannesya, namun Valetta merasa jika pertanyaannya adalah pertanyaan yang bodoh, jelas adiknya ini sedang tidak baik-baik saja. Melihat dari keadaan Vannesya yang tampak kacau dengan kedua matanya yang masih memerah karena habis menangis.
“Kakak minta maaf, Sya….”
Perkataan Valetta membuat Vannesya menoleh. “Kenapa minta maaf?”
“Kakak—merasa kalau Kakak egois sama kamu.”
Vannesya hanya diam. Bukannya ia enggan menanggapi ucapan Valetta. Hanya saja, selama ini Vannesya memang tidak pernah menyalahkan Valetta atas sikap Edward kepadanya. Setiap kali ia dan ayahnya bertengkar ataupun berdebat, Vannesya juga tidak pernah mengungkit ataupun menanyakan kenapa Edward tidak bisa menyayangi ia sama seperti Edward menyayangi Valetta. Kenapa ayahnya acap kali tidak mau mengabulkan apa yang menjadi impiannya.
Berbeda dengan Edward yang langsung menyetujui Valetta yang ingin menjadi model, meskipun Vannesya tahu Edward tidak suka jika putri sulungnya itu masuk ke dunia permodelan, Edward tetap membiarkan Valetta melakukannya. Alasan apalagi yang bisa membuat ayahnya membiarkan Valetta jika karena bukan Edward sangat menyayangi Valetta. Vannesya tidak pernah merasa iri akan hal itu, karena ia tahu Valetta juga sangat menyayanginya. Dan untuk sikap Edward yang pilih kasih, semua adalah murni kesalahan ayahnya sendiri.
“Maaf … karena Kakak yang memaksa menjadi model, daddy jadi melimpahkan semua keinginannya ke kamu.” Valetta menghela napasnya yang terasa berat. Dia telah memutuskan satu hal. “Kakak—akan berhenti jadi model, dan kembali ke Indonesia.” Valetta tersenyum menenangkan, membalas tatapan Vannesya yang menatapnya tidak percaya. Ada pancaran sendu di kedua mata Vannesya. “Kamu bisa mengejar impian kamu. Kamu bisa masuk ke Juilliard dan menjadi penari—atau kembali ke cita-cita awal kamu yang ingin menjadi dokter. Mulai sekarang, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan. Tidak usah memikirkan daddy lagi, biar Kakak yang akan mengurusnya. Daddy juga pasti akan lebih bahagia jika Kakak berhenti jadi model dan kuliah.”
“Kak….” Vannesya menggeleng. “Jangan melakukannya.” Vannesya tahu betapa Valetta sangat mencintai dunia model. Saat ini Valetta juga berada di puncak karirnya sebagai model. Lebih daripada itu, Vannesya sangat mengerti bagaimana rasanya melepaskan impian yang menjadi keinginan kita selama ini. Lagipula Vannesya sangat yakin, Edward akan tetap bersikap diktaktor kepadanya, meskipun Valetta berhenti dari dunia model sekalipun dan mengambil alih untuk belajar bisnis, ayahnya tetap akan mengatur kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVELOVE [COMPLETE]
Teen FictionKarena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa perubahan yang signifikan. Menjadi anak sekolahan yang baik dan tidak peduli dengan kehidupan New Yo...