60 – DO YOU LOVE HER?
“Aku mencintaimu, Nick….”
VANNESYA MENGEMBALIKAN ponsel kakeknya. Setelah mendengar jawaban Nicholas jika dia juga sangat mencintainya, sambungan telepon dimatikan. Akan tetapi sebelum menutup telepon Nicholas sempat mengatakan, jika dia telah mengetahui siapa orang yang sudah menimbulkan masalah untuk Vannesya. Baik itu masalah mengenai video intim dan narkoba yang tiba-tiba ada di dalam loker Vannesya.
Vannesya ingin menanyakan siapa orang itu, namun Nicholas mengatakan jika ia akan menceritakan semuanya nanti. Nicholas akan menyelesaikan masalah yang memfitnah Vannesya lebih dulu. Agar hukuman skorsnya bisa dicabut, dan Vannesya bisa kembali bersekolah.
Bahkan sebelum Vannesya mengucapkan terima kasih, Nicholas sudah lebih dulu mematikan telepon mereka.
Sungguh, malam ini Vannesya merasa Nicholas bersikap agak aneh. Biasanya juga saat mereka berteleponan Vannesya yang harus membujuk-bujuk Nicholas agar mau menyudahi teleponan mereka, bahkan sering kali ia mematikan sambungan telepon mereka sepihak karena Nicholas tidak mau menyudahi percakapan mereka melalui telepon.
“Kenapa cucu Kakek malah murung setelah menelepon kekasih hatinya?”
Vannesya menoleh saat Dalton—kakeknya, bersuara. Ia kembali duduk di samping Dalton. Saat ini ia dan kakeknya duduk di ayunan besi dekat kolam renang. “Aku hanya merasa ada yang aneh dengan Nick, Kek.” Vannesya menatap kolam renang.
“Kenapa berpikir seperti itu?”
“Tiba-tiba saja Nick meminta maaf. Dan ... dia mematikan telepon kami lebih dulu.”
Dalton tersenyum kecil. Mengusap sisi kepala cucunya, yang sudah satu minggu ini tinggal bersamanya. “Ah, jadi cucu Kakek ini merasa diasingkan karena kekasihnya mematikan teleponnya lebih dulu?” Dalton tersenyum geli, saat Vannesya menoleh dengan tatapan seolah mengatakan, bukan seperti itu maksudnya. “Mungkin saja, dia sedang banyak pikiran.”
Vannesya mendesah. Membenarkan ucapan kakeknya. Selama ini Nicholas selalu ada untuknya, selalu tahu apa yang ia butuhkan, dan selalu sigap menangani semua masalah yang menimpanya. Namun, Vannesya merasa ia sama sekali tidak tahu apa masalah Nicholas. Apa yang membuat kekasihnya tiba-tiba kelihatan murung di saat mereka bersama.
Vannesya bukannya tidak peka, beberapa kali ia selalu mendapati Nicholas menatapnya dengan lekat. Seperti ada yang ingin Nicholas sampaikan, namun tidak bisa dikeluarkan oleh tenggorokannya. Berakhir Nicholas yang hanya akan tersenyum, dan mengatakan jika dia tidak apa-apa di saat Vannesya bertanya ada apa dengannya.
“Kakek benar. Semua masalahku, Nick yang selalu menyelesaikannya. Apa mungkin, Nick banyak pikiran dan lelah karena masalah ini?” Vannesya tersenyum masam. “Aku jadi merasa bersalah dengan Nick. Dia sangat baik kepadaku, Kek. Dan aku merasa, belum memberikan apa-apa kepadanya.”
“Jangan merasa bersalah. Nicholas melakukan semua itu karena dia mencintaimu. Kakek rasa, Nicholas hanya membutuhkanmu yang tidak meninggalkannya.”
“Akan sangat tidak tahu diri jika aku sampai meninggalkannya, Kek.”
Dalton mengulas senyum. “Bukan tidak tahu diri. Tapi lebih tepatnya—cucuku ini akan merana jika berjauhan dengan kekasihnya.”
“Kakek….” Vannesya merasa wajahnya memanas mendengar godaan kakeknya. Apa yang dikatakan oleh kakeknya memang benar, baru beberapa hari tidak bertemu saja Vannesya sudah sangat merindukan Nicholas. Astaga, ia benar-benar jatuh cinta kepada pria itu.
Dalton tertawa geli. “Ah, rupanya posisi Kakek sudah tergantikan oleh orang lain.” Dalton menampilkan wajah pura-pura sedih.
Vannesya menggelengkan kepalanya. Ia mengapit lengan kakeknya. Bersandar di bahu kakeknya dengan manja. Satu-satunya orang yang bisa membuat Vannesya bersikap manja seperti ini hanyalah Dalton. Kalau saja di rumah ini tidak ada kakeknya, mungkin saja Vannesya akan stress selama tinggal di rumah ini. “Tidak. Posisi Kakek tidak akan pernah tergantikan oleh siapa pun.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVELOVE [COMPLETE]
Teen FictionKarena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa perubahan yang signifikan. Menjadi anak sekolahan yang baik dan tidak peduli dengan kehidupan New Yo...