31 - VENICE BEACH

19.2K 1K 47
                                    

31 – VENICE BEACH

Bagaimana kau menyukaiku?
Dengan semua pemikiran baru itu, semua begitu sulit.
Semua ini tidak mudah, tapi terasa manis.

***

PUKUL 11:35 Nicholas dan Vannesya keluar dari hotel. Hari ini mereka akan jalan-jalan di sekitar Kota Los Angeles, baru besok pagi kembali ke New York. Nicholas menunggu Vannesya di lobby, sekitar sepuluh menit menunggu akhirnya wanita itu terlihat. 

Vannesya berjalan dengan langkah tidak terburu-buru. Hari ini ia mengenakan pakaian yang cukup santai. Camisol berwarna putih dipadukan dengan cardigan rajut yang panjangnya sampai paha—cardigannya mempunyai warna yang sama dengan camisolnya, kemudian untuk bawahan ia memakai celana jeans pendek. Kalau biasanya untuk alas kaki Vannesya selalu memakai sepatu—entah itu boots, sneakers, atau converse—maka hari ini ia memakai sandal—ankle strap flat berwarna putih. Sementara untuk rambut, Vannesya mencepolnya menjadi satu, dengan menyisakan anak-anak rambut tipis yang terurai di samping telinganya.

Kini, saat wanita itu semakin dekat, Nicholas bisa melihat wajah cantik yang terlihat tegas tersebut. Nicholas mengakui, meskipun kadang Vannesya suka memperlihatkannya wajah galak, namun kecantikan yang dimiliki oleh Vannesya tidak pernah pudar. Seperti halnya saat ini, Nicholas bahkan masih sempat-sempatnya memaparkan keindahan Tuhan yang ada di depannya.

Vannesya mempunyai hidung yang mancung, alis yang lebat, bibir ranum berwarna merah muda, serta rahang lancip yang tegas—menyempurnakan kecantikan ciptaan Tuhan yang sedang dinikmati oleh Nicholas—juga pria-pria muda lain yang ada di lobby. Sial. Untuk yang satu ini Nicholas tidak menyukainya.

“Kita akan makan siang dulu,” ujar Nicholas, tepat saat Vannesya berdiri di depannya. Nicholas merangkul pinggang Vannesya, menyatakan kepemilikannya kepada pria-pria bermata keranjang yang ada di sana. Bahwa wanita cantik yang ada di sebelahnya ini adalah kekasihnya.

Vannesya hanya menyetujui dengan sekali anggukan ringan. Membiarkan Nicholas merangkulnya sampai di depan.

Di depan hotel petugas valet telah siap dengan mobil audi R8 berwarna hitam, kemudian saat Nicholas tiba, dengan sigap pria yang masih tampak muda tersebut membukakan pintu kemudi untuk Nicholas. Petugas valet juga akan membukakan pintu penumpang untuk Vannesya, namun Vannesya mengatakan jika ia bisa membuka pintu sendiri.

“Kita akan makan siang di mana?” tanya Vannesya, setelah selesai memakai sabuk pengamannya.

“Di kawasan Beverly ada restaurant yang cukup terkenal. Kita akan makan siang di sana.” Nicholas mulai menyalakan mesin mobil. Saat suara mesin mobil mulai mengaum dari belakang, Nicholas menekan salah satu tombol, kemudian atap mobil berwarna hitam yang mereka naiki perlahan terbuka. Tidak lupa Nicholas menyalakan audio, lagu Justin Bieber berjudul Stay mengalun dengan lembut.

“Kenapa tidak makan di Beverly Center saja? Sekalian, aku ingin ke sana.”

Nicholas menatapnya dengan alis terangkat. “Kau ingin berbelanja?”

“Hanya ingin melihat-lihat, siapa tahu ada yang menarik perhatianku.”

“Baiklah.”

Udara di Los Angeles tidak terlalu berbeda jauh dengan di Indonesia. Kurang lebih cuaca panasnya sama. Vannesya lupa membawa kacamata hitam. Setelah melihat Nicholas mengambil kacamata hitam kemudian memakainya, Vannesya baru ingat dengan kacamata hitamnya yang ia tinggal di atas meja samping tempat tidur.

ENVELOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang