17 – CHALLENGE IN ENCHANTMENT
***
VANNESYA MENYENTUH wajahnya yang masih memanas. Ia merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa ia meminta Nicholas untuk terus mengelus wajahnya agar ia merasa hangat. Sekarang Vannesya menyesali permintaannya tadi. Mereka tidak sedekat itu untuk melakukan hal-hal intim dan … well, romantis.
Tangan yang semula menyentuh wajah itu perlahan terus turun sampai menyentuh dadanya. Vannesya ingin memastikan sesuatu—apakah perlakuan Nicholas tadi menimbulkan efek yang membekas di dalam dadanya atau tidak.
Vannesya diam sejenak, ia mengernyit dalam. Tidak ada debaran berlebihan di dalam sana. Tidak ada desiran aneh yang membuat jantungnya menggila. Dan tidak ada perasaan hangat yang menyebar ke dalam dadanya. Semuanya normal.
Vannesya menghela napas lega. Ia tidak merasakan tiga hal tadi yang dulu pernah ia rasakan pada seorang pria. Itu artinya, ia tidak mempunyai perasaan—yang akan membawanya pada masalah jika ia sampai merasakan hal ini. Bahkan Vannesya merasa aneh kalau harus menyebut dirinya akan berakhir jatuh hati pada Nicholas. Dan sekarang Vannesya bersyukur karena ia tidak merasakan hal-hal magis seperti itu. Yang artinya, ia belum mempunyai tanda-tanda yang akan membawanya pada perasaan … cinta.
“Mau sampai kapan kau hanya akan duduk seperti itu?”
Suara sinis dari arah pintu kamarnya membuat Vannesya menoleh. Ada Nicholas yang mulai lagi menampilkan wajah menyebalkan. Nicholas telah menunggu Vannesya lama di bawah.
“Apa aku harus melarangmu lagi masuk sekolah hari ini?” Kali ini wajahnya mulai skeptis.
“Teruslah bersikap seperti itu, Nicholas.” Agar Vannesya tidak akan merasakan hal-hal magis yang pernah ia rasakan pada seseorang dulu.
Vannesya bukan wanita munafik, yang dengan percaya dirinya akan mengatakan kalau ia tidak akan mungkin sampai jatuh hati nantinya kepada Nicholas. Jika pria di hadapannya ini adalah pria yang mudah menarik banyak hati wanita, maka tidak ada kemungkinan kalau ia tidak akan merasakan hal yang sama di masa depan.
Apalagi Vannesya sadar, ia akan sering bertemu dengan Nicholas. Dan satu-satunya cara agar menghindari perasaan semacam itu adalah dengan Nicholas yang terus bersikap menyebalkan. Karena tidak mungkin baginya akan jatuh hati pada orang yang selalu membuatnya kesal. Benar, bukan?
Nicholas menampilkan wajah bingung. Tidak mengerti dengan ucapan Vannesya tadi. Sementara Vannesya mengambil tasnya di atas meja dan melewati Nicholas begitu saja. Mereka akan berangkat ke sekolah bersama.
***
Di sekolah lamanya dulu, Vannesya tidak pernah merasa risih dengan yang namanya ‘menjadi pusat perhatian’ meskipun orang-orang sering memandangnya sinis, tidak suka atau semacamnya. Karena ia sadar, imejnya di sekolah lamanya memang buruk. Ia dikenal oleh orang-orang sebagai ‘tukang bully.’
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVELOVE [COMPLETE]
Teen FictionKarena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa perubahan yang signifikan. Menjadi anak sekolahan yang baik dan tidak peduli dengan kehidupan New Yo...