19 - BON APRÈS MIDI

24.5K 1.1K 28
                                    

19 – BON APRÈS MIDI

19 – BON APRÈS MIDI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

VANNESYA MEMEGANG selembar kertas yang berisi peta, atau denah sekolah yang ia dapatkan ketika pertama kali ia masuk ke WL High School. Tidak perlu dijelaskan lebih rinci, sekolah yang sekarang memuat namanya sebagai salah satu siswi ini ternyata merupakan SHS terbesar di Amerika. Pantas saja ia diberikan denah oleh kepala sekolah diawal, agar ia bisa lebih mudah mengenal letak dan ruangan-ruangan apa saja yang ada di sekolah tersebut. 

Awalnya, Vannesya merasa percaya diri bisa mengenal letak setiap sudut ruangan tanpa bantuan denah. Akan tetapi ternyata ia salah. Karena program peminatan yang dijalankan setiap hari kamis mengharuskan ia untuk pergi ke ruang selectives yang terletak di seberang gedung kelas.

Semua kelas selectives ada di gedung itu. Namun Vannesya belum pernah datang ke sana, dan jalan menuju ke gedung itu ia membutuhkan denah. Untung saja ia bukan orang dungu yang tidak bisa memahami peta dengan baik.

Seharusnya Vannesya bisa saja pergi bersama Emma—karena semua kelas program peminatan tempatnya ada di gedung itu—akan tetapi, lagi-lagi tim publishing Emma menggunakan perpustakaan untuk tempat pertemuan. Jika diibaratkan, publishing memang lebih banyak aksi daripada teori. Mereka akan langsung terjun mencari bahan untuk berita dan lain-lain, dan perpustakaan adalah tempat strategis untuk memudahkan pekerjaan tim publishing.

Membutuhkan waktu belasan menit untuk sampai ke gedung selectives. Gedung dengan bentuk persegi panjang ini memiliki lima lantai. Tidak heran, karena ada banyak program peminatan yang ditawarkan di WL High School untuk mengembangkan minat para muridnya.

Masuk melalui pintu utama ada tempat yang terdapat di tengah-tengah lantai satu—ibaratnya kalau di lobby hotel ini adalah resepsionis. Vannesya menuju ke tempat itu untuk pendaftaran lebih lanjut—karena ia adalah murid pindahan yang belum pernah mengikuti program peminatan, maka Vannesya masih harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan kelas.

“Selamat siang. Ada yang bisa dibantu?”

Well, Vannesya benar-benar merasa seperti sedang mendatangi hotel. Dari pakaian wanita berusia di akhir dua puluhan ini saja terlihat seperti pakaian resepsionis hotel. Sial. Sekolah jenis apa yang sebenarnya dimiliki oleh keluarga Nicholas ini? Semuanya benar-benar di luar dugaan Vannesya.

Vannesya kemudian menjelaskan tujuannya pada wanita—yang dari tempat ia berdiri terdapat plakat bertuliskan nama ‘Lucia Dfall.’ Vannesya memberitahu kalau ia ingin mendaftar lebih lanjut untuk program peminatan kelas bahasa. Lucia Dfall kemudian mulai mengimput nama Vannesya di komputer, dan tidak lama dia kembali sambil membawa selembar kertas dan satu buku pelajaran tebal.

ENVELOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang