09 - ENVELOPE LOVE

25.8K 1.3K 3
                                    

09 – ENVELOPE LOVE

Kau tidak akan tahu rasa dingin itu, sampai kau merasakan hangat apiku.

***

VANNESYA MERASA bingung, setibanya ia di sekolah banyak orang yang berdiri di depan kelasnya. Seperti ada hal menarik yang membuat mereka berlomba-lomba untuk melihat apa yang ada di dalam sana. Ia mempercepat langkah, masuk melalui sela-sela kerumunan orang yang tidak mau menyingkir.

Vannesya membeku sejenak, melihat Emma yang berdiri kaku dengan tubuh gemetar sambil memandangi meja dan tempat duduknya. Vannesya kian mendekati Emma. Kedua tangannya mengepal kuat, bangku dan meja Emma dipenuhi dengan berbagai macam tulisan dengan kata-kata kotor. Tidak hanya itu, ada banyak sampah yang berserakan di atas dan laci mejanya. Tidak lebih parah dari sekadar kumpulan kata-kata kotor juga sampah yang berserakan, tas beserta buku-buku pelajaran Emma dirusak dengan tidak berperasaan.

Vannesya memandang sekeliling, melihat satu per satu orang-orang yang menatap Emma dengan senyum mencemooh. Apa yang salah di sini? Apa mereka menindas Emma karena memiliki ras Asia? Ia menggeleng pelan, rasanya ini terlalu berlebihan. Emma juga pernah mengatakan kalau sebelumnya dia tidak pernah mendapatkan perundungan, meski mereka selalu menatapnya tidak suka.

Sekolah ini mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi, tidak akan ada yang berani menindas sesama murid. Mungkin ada, tapi tidak dilakukan secara terang-terangan. Sementara apa yang terjadi pada Emma saat ini sama saja dengan mereka bunuh diri. Pihak sekolah pasti akan langsung mengeluarkan siapa saja yang terlibat dalam perundungan Emma.

Kecuali jika orang-orang itu mempunyai kekuasaan penuh atas sekolah ini. Dan sekumpulan orang yang bisa melakukan apa saja tanpa ada rasa takut di sekolah ini hanyalah—

“Emma, apa kau membuat masalah dengan AVES?”

—sekumpulan AVES. Belum Vannesya mengeluarkan pemikiran tentang di balik perundungan Emma, salah seorang wanita berkacamata tebal tiba-tiba mengeluarkan suara yang membuat Vannesya kian menegang, dengan Emma di sampingnya yang semakin pucat.

Vannesya segera menoleh kepada Emma. “Em….” Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Para AVES itu—apa yang mereka lakukan pada Emma benar-benar keterlaluan. Apa sebenarnya kesalahan Emma?

Vannesya yakin Emma tidak pernah sekalipun bersinggungan dengan para unggas sombong itu. Atas dasar apa para unggas itu merudung Emma dengan tidak berperasaan seperti ini.

Demi Tuhan, kalau hanya sekadar bangku dan meja yang dicoret atau dibuat rusak sekalipun itu tidak akan menjadi masalah. Tapi apa yang mereka lakukan benar-benar keji, bagaimana bisa mereka menghancurkan tas dan buku-buku pelajaran Emma. Ada banyak tugas Emma yang hancur. Bahkan laptop Emma pun rusak.

Emma hanya bisa menghapus air matanya yang terus jatuh. “Tidak. Aku tidak pernah membuat masalah dengan mereka.”

Sebagian orang yang ada di sana menatap kasihan Emma. Terlihat jelas Emma berusaha untuk tetap berdiri meski kedua kakinya mulai goyah. Dia sangat takut saat ini, tidak ada orang yang berhasil lolos dari kejaran AVES. Emma jelas tahu, orang-orang yang bisa melakukan perundungan secara jelas hanya sekumpulan AVES. Karena hanya merekalah yang bisa lolos dari hukuman guru. Mereka adalah orang-orang berkuasa yang tidak bisa disentuh, bahkan oleh kepala sekolah sekalipun.

ENVELOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang