59 – CLAUDIA CLAYTON
CALILA BARU saja keluar dari mobilnya ketika dua orang pria berpakaian serba hitam menghadangnya di basement apartemen. Tidak memberi kesempatan kepada Calila untuk berkelit, salah seorang pria yang menghadang Calila dengan gerakkan seringan bulu memukul tengkuknya sampai membuat wanita itu tidak sadarkan diri.
Memasukkan tubuh Calila ke dalam mobil mereka yang terparkir tidak jauh dari mobil Calila. Membawanya keluar dari pelataran apartemen mewah yang ada di kota New York, menuju kepada sang majikan yang telah memerintahkan mereka untuk membawa wanita ini.
Awal dia dihadang oleh dua orang pria berpakaian hitam dengan tubuh besar, Calila sudah bisa menebak apa yang akan terjadi dengannya. Rencana yang sudah disusunnya untuk mengolok seorang Nicholas dengan membuat pria itu kelimpungan mengenai masalah besar yang menimpa Vannesya—kekasih Nicholas—telah diketahui oleh pria ini. Calila hanya tidak menyangka jika Nicholas akan mengetahui hal ini lebih cepat daripada perkiraannya. Terbukti, di saat Calila membuka kedua matanya setelah pingsan akibat pukulan keras di tengkuknya, pria itu berdiri tepat di hadapannya dengan sikap skeptis.
Calila tersenyum miring, melihat wajah Nicholas yang jelas ingin membunuhnya. Mengabaikan kepalanya yang masih agak pusing sehabis pingsan, Calila membalas tatapan Nicholas dengan sikap yang sama. Bahkan tidak ada raut ketakutan di matanya saat ini. Meskipun kedua tangannya diikat di kursi, dan membuatnya tidak bisa bergerak bebas, apalagi sampai melarikan diri. Dia tidak perlu lagi berpura-pura. Hanya dengan melihat wajah Nicholas yang menggelap penuh amarah saja sudah bisa membuatnya menebak, pria ini sudah pasti tahu siapa dirinya.
“Ah, melihat wajah dan caramu menatapku—sepertinya kau sudah tahu siapa aku.”
Nicholas yang saat ini bersandar di meja, menarik sedikit tubuhnya dari sana. Tapi ia tidak melangkah lebih maju mendekati wanita—yang kini sedang menyeringai sinis kepadanya. “Claudia Clayton….”
Wanita itu tertawa. Andai saja kedua tangannya tidak terikat, ingin sekali dia memberi aplouse atau tepuk tangan meriah kepada pria ini, karena sudah berhasil mengetahui identitas dia yang sebenarnya. “Akhirnya, kau tahu juga siapa aku. Tapi sayangnya, kau terlalu lama mengetahui hal ini.”
Calila—ralat—karena nama asli dari wanita ini sudah diketahui, maka panggil dia dengan sebutan nama aslinya—Claudia.
Wajah pura-pura miris Claudia berubah menjadi tatapan dingin, menghujam Nicholas yang menatapnya dengan mata yang sama-sama dingin. “Syukurlah kau tahu siapa aku yang sebenarnya. Karena sangat menggelikan bagiku jika kau sampai mengira, aku melakukan semua ini karena aku menyukaimu. Itu sangat menjijikan.” Sama seperti apa yang baru saja dia katakan, Claudia menatap Nicholas dengan jijik.
Nicholas mengabaikan tatapan itu. Ada yang lebih penting dari sekadar tatapan tidak suka wanita ini kepadanya. “Why Vannesya? Kenapa harus dia yang kau ganggu? Masalahmu adalah denganku—dengan keluargaku. Kenapa kau mengganggunya?”
Claudia menatap Nicholas acuh. Menjawabnya dengan sikap yang sama. “Sangat sederhana. Karena dia adalah wanita yang kau cintai. Saat aku melihatmu yang kelimpungan dengan masalah yang menimpa Vannesya, melihatmu ikut menderita melihat kekasihmu itu yang menangis—membuatku bahagia.” Claudia tersenyum dingin. “Apa yang aku lakukan bahkan tidak ada apa-apanya, dibandingkan dengan apa yang keluargamu lakukan pada keluargaku.”
Senyum dinginnya berubah menjadi kekehan yang dipaksakan. “Aku bahkan tidak bisa menyentuh bagian luar dari keluargamu, membalaskan apa yang aku alami selama ini karena keluargamu. Dan melihatmu bahagia bersama kekasih tercintamu itu, membuatku marah. Kenapa kalian bisa bahagia di atas penderitaan orang lain? Bukankah ini sangat tidak adil? Kalian bisa tertawa bahagia setelah menghancurkan satu keluarga tanpa tersisa.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVELOVE [COMPLETE]
Teen FictionKarena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa perubahan yang signifikan. Menjadi anak sekolahan yang baik dan tidak peduli dengan kehidupan New Yo...