42 — AVES ANIMAL'S STATION
***
SESUAI YANG disampaikan oleh Sisil, hari ini adalah hari kepulangannya ke Indonesia. Mereka memang belum sempat mengunjungi banyak tempat, karena Sisil tidak lama berada di New York. Seharusnya kemarin mereka bisa jalan-jalan setelah Vannesya latihan marching di sore hari. Namun, apa yang dilakukan oleh Sisil sukses membuat Vannesya mengelus kepala.
Bagaimana tidak, ternyata setelah ia meninggalkan Sisil bersama dengan Steven di ruangan AVES kemarin, temannya ini malah pergi bersama Steven, dan jalan-jalan berdua saja dengan pria itu. Tentu saja Vannesya merasa sangat khawatir, karena sebelum mengajak Sisil mengunjungi sekolahnya ia meminta izin langsung kepada orangtua Sisil. Dan jika terjadi apa-apa dengan Sisil selama temannya itu jalan bersama Steven, Vannesya merasa kalau ia perlu bertanggung jawab.
Tapi untung saja apa yang Vannesya khawatirkan tidak terjadi. Vannesya hanya khawatir Steven akan mengajak Sisil ke hotel. Tahu sendiri bagaimana kelakuan pria itu. Namun apa yang dikatakan oleh Nicholas ternyata memang benar, Steven tidak akan berani macam-macam dengan Sisil karena Sisil adalah temannya.
Sisil juga banyak bercerita kepada Vannesya kesannya selama jalan-jalan dengan Steven. Pria itu mengajaknya mengunjungi banyak tempat. Sisil sangat bahagia saat menceritakan pengalamannya selama jalan-jalan bersama Steven. Rasa simorenya bahkan berlanjut sampai sekarang—hari di mana Vannesya mengantar Sisil ke bandara. Bersama dengan Nicholas yang menemaninya, Vannesya mengantar Sisil ke bandara.
“Sisil maksa banget mau ikut. Padahal Tante sama Om sudah melarang, karena kami di New York juga hanya sebentar. Tapi anak ini tetap saja memaksa. Katanya dia kangen banget sama kamu.” Mama Sisil mengatakannya tepat saat mereka akan masuk untuk check in. Orangtua Sisil mempunyai pekerjaan yang membuat mereka harus datang ke New York.Sisil mengerucutkan bibirnya. “Mama, ih, nggak usah ngomong gitu. Nanti si Monyet ini besar kepala lagi. Lihat, bentar lagi kepalanya pasti melayang, nih.”
Vannesya mencubit dengan gemas lengan Sisil. Membuat gadis itu memekik, dan nyaris saja mengeluarkan kata-kata umpatan, kalau saja dia tidak mengingat ada ayahnya di sini. Ayah Sisil yang masih mempunyai keturunan ningrat tentu saja sangat melarang anaknya ini bersikap bar-bar, termasuk memaki. Ayah Sisil mempunyai sikap yang tegas seperti Edward Morris, meskipun ayah Sisil tidak se-diktaktor ayah Vannesya.
Sisil yang merupakan anak bungsu, juga satu-satunya anak perempuan di keluarga mereka, kadang-kadang membuat ayah Sisil cukup kewalahan mengatasi sikapnya yang agak blak-blakan dan tidak mau bersikap dengan anggun selayaknya perempuan ningrat. Berbeda dengan kakak laki-laki Sisil—Raden Majaraya—yang benar-benar mencerminkan sosok darah biru sejati.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVELOVE [COMPLETE]
Teen FictionKarena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa perubahan yang signifikan. Menjadi anak sekolahan yang baik dan tidak peduli dengan kehidupan New Yo...