45 – FAVORITE GIRL
“AKU KE toilet dulu!”
Vannesya berdiri dari tempat duduknya dengan kesal. Dylan, Leon dan Steven sampai memejam ketika bangku yang diduduki Vannesya bergeser dengan suara yang cukup keras. Bangku yang diduduki Vannesya bahkan nyaris saja terguling jika Dylan tidak segera menahannya agar tidak jatuh. Jika saja bangku itu jatuh, sudah pasti akan langsung mengundang banyak perhatian dari orang-orang yang ada di pesta ini.
Vannesya mengangkat sedikit gaunnya, menjinjing kedua ujung gaun itu agar tidak menghalangi langkahnya yang ingin berjalan dengan cepat ke toilet. Sebelum pergi ia menyempatkan diri untuk menatap Nicholas. Pria itu kelihatan ingin mengejar Vannesya, namun wanita bernama Laura tadi sudah lebih dulu menghalangi jalan Nicholas yang hendak mengejar Vannesya.
Vannesya tentu saja merasa kian jengkel. Kenapa Nicholas terkesan tidak bisa menolak wanita itu—yang kini malah bergelayut manja di lengan Nicholas. Padahal Nicholas bisa saja menepis tangan wanita itu agar tidak menghalangi jalannya. Bukankah pria itu sangat tidak suka untuk dihalangi? Lalu, kenapa sekarang dia malah terlihat tidak bisa melakukan apa-apa di depan wanita itu. Menjengkelkan!
Tidak memberi kesempatan kepada Dylan, Leon dan Steven yang ingin menanyakan suasana hatinya, Vannesya meninggalkan meja mereka dengan hentakkan kaki yang kesal. Sesampainya ia di toilet, Vannesya memandangi wajahnya di cermin wastafel dengan rumit. Wajahnya kelihatan merah karena menahan marah. Marah karena melihat Nicholas yang dicium oleh wanita lain. Vannesya mendesah berat. Apa sekarang ia sedang cemburu?
“Apa sekarang gue lagi cemburu?” gumamnya dengan lirih. Merasa suasana hatinya sudah jauh lebih baik, Vannesya menyalakan kran air, membasuh tangannya sedikit, lalu segera keluar dari toilet. Karena beberapa wanita mulai banyak yang masuk ke toilet.
“Sya!”
Vannesya menoleh, agak kaget ketika ia melihat siapa orang yang baru saja memanggil namanya ini. “Kakak?”
Valetta menghampiri adiknya yang baru keluar dari toilet.“Kamu datang juga ke sini, Kak?”
Valetta tersenyum. Sebenarnya sudah dari tadi Valetta ingin menghampiri adiknya. Tapi Valetta tidak melakukannya, karena takut mungkin sapaannya akan membuat Carollin bingung. Karena Valetta tahu, adiknya menjalankan peran sebagai Juliet di depan ibu Nicholas. Akan tetapi sekarang Valetta juga sudah mengetahui kalau adiknya ini telah menjalin hubungan yang serius dengan Nicholas. “Iya. Kakak datang sebagai perwakilan model dari LJE. Kakak datang ke sini dengan Valencia. Oh, ya, grandma juga datang, lho, Sya.”
Vannesya tidak merasa kaget lagi jika Catalina Morris—neneknya juga datang ke pesta ini, sebab perusahaan Catalina menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan perusahaan Willson. Hanya saja, Vannesya memang tidak melihat di mana neneknya berada. Karena yang datang ke pesta ini berjumlah ratusan orang, juga tempat acara yang sangat luas membuatnya tidak berpas-pasan dengan Catalina dan Valetta.
“Terus sekarang grandma di mana?”
“Tadi, sih, ada, sebelum Kakak ke sini duduk di meja itu.” Valetta menunjuk meja yang berada tidak jauh dari mereka. “Mungkin sekarang lagi ketemu sama rekan bisnisnya.”
Vannesya hanya mengangguk pelan. Meskipun ia tidak terlalu dekat dengan Catalina, tidak seperti Valetta yang sangat dekat dengan nenek mereka, namun Vannesya merasa kalau ia perlu untuk menyapa Catalina. Sebagai bentuk kesopanan kepada orangtua. “Nanti, deh, kalau ketemu aku bakal nyapa.”
“Iya. Kayaknya grandma tadi juga lihat kamu datang sama Nicholas.” Valetta tiba-tiba tersenyum penuh godaan kepada adiknya. “Kamu bakal nginap di sini, Sya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVELOVE [COMPLETE]
Teen FictionKarena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa perubahan yang signifikan. Menjadi anak sekolahan yang baik dan tidak peduli dengan kehidupan New Yo...