73 – TOWARDS THE END
Meskipun aku tidak tahu harus pergi ke mana, aku tidak akan berhenti. Selama kita belum berakhir.
Aku mungkin akan terbiasa.
Sekalipun jalanku menjadi lambat, aku akan menunggumu.***
“KAU BENAR-BENAR akan berhenti?”
Valetta melihat manajernya dengan senyum kecil. Wanita berusia tiga puluh dua tahun tersebut sudah menjadi manajernya semenjak Valetta pertama kali berkarir di LA. Dan mendengar bahwa Valetta memutuskan berhenti dari dunia model tentu saja membuatnya sedih. Apalagi Valetta memperlakukannya dengan baik, Valetta memperlakukan dia layaknya adik pada seorang kakak, bukan lagi atasan pada bawahan.Dan saat ini … Valetta berada di puncak karir, sangat disayangkan jika memutuskan untuk berhenti. Tapi tidak ada yang bisa mengubah keputusan Valetta selain Valetta sendiri. Dan sekarang … Valetta benar-benar yakin dengan keputusannya untuk berhenti dari dunia model.
“Ya, aku sudah terlalu lama meninggalkan Indonesia.” Valetta tertawa ringan, bermaksud untuk bercanda, meskipun tawanya terdengar hambar. Akan tetapi semenjak berkarir di kancah international, Valetta memang belum pernah balik ke Indonesia. Sudah lima tahun semenjak Valetta pindah ke LA, Valetta belum pernah pulang ke tanah kelahirannya. Hanya orangtuanya lah yang sesekali mengunjungi Valetta di LA.
Manajer Valetta menghela napas, keputusan Valetta tidak bisa diubah. Dia ikut tersenyum. “Aku harap kau selalu bahagia.” Manajer Valetta memeluk Valetta dengan mata berkaca-kaca.
Valetta membalas pelukan manajernya. Menepuk-nepuk ringan punggung sang manajer ketika terdengar isakan kecil darinya. “Thank you for five years.”
Masih di dalam pelukan Valetta, dia mengangguk berulang kali. “Aku juga, terima kasih untuk lima tahun ini. Jaga dirimu baik-baik. Dan jangan putus hubungan denganku.”
Valetta mengangguk. “Aku tidak akan memutus hubungan denganmu. Kau adalah temanku.”
Usai berpamitan dengan manajernya, Valetta menghubungi Erlan. Valetta masih mempunyai satu hal lagi yang harus diselesaikan sebelum kembali ke Indonesia. Setelah memastikan Erlan membaca pesannya dan mengatakan bersedia bertemu sore ini, Valetta segera menuju ke tempat tujuannya bertemu dengan Erlan.Di lobby LJE Entertainment Valetta bertemu dengan Valencia. Wanita pemilik emerald green eyes tersebut baru saja kembali dari libur singkatnya. Selama tiga hari Valencia mengambil libur pada agensi dan pergi ke Spanyol.
“Aku dengar kau berhenti jadi model.”
Valetta tersenyum tipis. Mengangkat sebatas dada map berisi surat-surat pemutusan kontraknya yang sudah ditanda tanganinya barusan. “Yeah, I’m resign.”
Sama seperti manajer Valetta yang pertama kali mendengar Valetta berhenti jadi model, Valencia sama terkejutnya. “Why?”
“Hanya—ingin menikmati sisa hidup?” Valetta tertawa ringan.
Valencia mengernyit. “Bukannya kau menikmati hidupmu di sini?”
“Itu tidak salah—aku memang menyukai dunia ini. Tapi, aku masih punya tanggung jawab yang harus aku ambil. Ayahku lebih suka aku kuliah dan bekerja di kantornya.”
“Kau pernah mengatakan ayahmu tidak pernah memaksamu, bukan?”
Valetta tersenyum tipis. “Ada tanggung jawab di dalamnya. Dan aku harus mengambil tanggung jawab itu.”
Menatap Valetta lebih lama, Valencia mengangguk. Valencia merasa dia tidak punya hak untuk mendistraksi keputusan Valetta. Hanya saja … Valencia merasa kehilangan teman. Valetta benar-benar menganggapnya teman dalam artian teman yang sebenarnya. Di dunia model, Valencia mengenal banyak orang. Ada banyak orang yang ingin menjadi teman Valencia. Tapi di antara mereka tidak ada yang benar-benar menganggapnya teman, mereka hanya mengambil untung atas popularitas Valencia. Dan itu menyebalkan untuknya.Valencia membenci orang-orang bermuka dua. Di depannya memuji, sementara di belakang mengata-ngatainya. Hanya Valetta teman yang tidak pernah berpura-pura padanya. Sehingga Valencia merasa kehilangan. “Aku mengerti.” Valencia memeluk Valetta sebagai salam perpisahan. “I’m gonna miss you.”
Valetta membalas pelukan Valencia. “Me too. Kapan-kapan datanglah ke Indonesia kalau kau tidak sibuk.”
“Pasti.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVELOVE [COMPLETE]
Teen FictionKarena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa perubahan yang signifikan. Menjadi anak sekolahan yang baik dan tidak peduli dengan kehidupan New Yo...